CIWARINGIN, (CNC).-
Dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul Al-Maghfurlah KH.
Masduki Ali, Pondok Pesantren Miftahul Muta’alimin mengadakan seminar sehari
tentang politik. Kegiatan ini dihadiri oleh ratusan santri dari berbagai pondok
pesantren yang ada di Babakan Ciwringin, yang bertempat di Aula Sekolah Tinggi
Agama Islam Ma’had Ali (STAIMA) (29/1).
Seminar yang mengambil tema
“Pesantren dalam Pusaran Simulakra Politik di Indonesia” ini menghadirkan
Wakhit Hasyim yang merupakan dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dan ISIF
Cirebon, serta Abdul Hayyi Imam yang merupakan pengasuh pondok pesantren
Gedongan.
Dalam pemaparannya Wakhit
Hasyim menjelaskan pencitraan sebagai cara berkomunikasi dalam berpolotik, yang
merupakan aktifitas penting dalam berpolitik. Hal ini menurutnya karena
pendidikan politik membentuknya demikian. “Pendidikan politik dengan
penggelembungan media informasi dengan sasaran kaum menengah perkotaan sekarang
ini menjadi trend yang mengarah kepada modus mengelabuhi public,” paparnya
dihadapan ratusan peserta.
Sementara itu Abdul Hayyi
Imam memberikan pemaparan bahwa politik memilki bayak pengertian, tergantung
siapa yang memberikan pengertian kata ini. “Petani mengatakan bahwa politik itu
racun yang terbungkus dengan roti tawar berselai strobery. Sedangkan untuk
kalangan pebisnis politik adalah lahan untuk meraup keuntungan. Untuk kalangan
santri politik biasa diartikan cara mereka mengatasi keseretan masalah,”
jelasnya.
Menurut Hasyyi, pesantren ke
depan tampaknya berpeluang untuk terus bergulat dengan politik. (Ma’arif/Job)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar