Jumat, 11 Mei 2012

"Don't Cry Donnaat... Kita semua sayang kamu kok...!!"



"Usahlah menangis, berikanlah aku satu senyum saja...lupakanlah semua problema yang ada berikanlah aku satu senyum saja..." Lirik lagu Dewa19 memenuhi ruang kerja Bejo di kontrakannya. Sementara Bejo terlihat santai dan asyik membaca sebuah buku tentang 'Cinta' tulisan penulis ternama Chalil Gibran. Sampai kemudian HP bututnya menyapa keras pengatkan telinga, "Halo Assalamu'alaikum, A' maafin Dede ya kalo kemarin bikin hati A'a sakit, Dede nyesel?". Kata suara di seberang sana yang sudah tidak asing lagi di telinga Bejo. "Dede kenapa mesti minta ma'af, Dede gak punya salah kok...dan seandainya punya salahpun udah A'a maafin kok. Justru A'a yang seharusnya minta ma'af sama Dede. Mungkin A'a terlalu ngoyo kali ya buru-buru bilang suka ke Dede, tapi mendinng gitu daripada di tahan-tahan terus nanti jadi penyakit hati mendingankan terus terang, jujur...masalah nyangkut nnggaknya perasaan itukan terserah yanng punya hati." "A'aaa ma'afin Dede, Dede juga sayang A'a, Dede nyesel.. banget ma'afin Dede ya Aaa?". Katanya merajuk manja. "Aku jadi bingung harus berapa kali sih aku jelasin ke kamu De... De udahlah yang sudah-sudah emang senyata diri aku begini ini adanya... ibarat orang pinter bilang sih performa A'a kaya gini ini, banyak kekurangannya bila dibandingkan dengan temen-temen Faceboker Dede yang keren-keren berpangkat lagi, pinter n' tajir pula.. ibarat sebuah kendaraan mereka-mereka itu merek ternama mahalpula harganya seperti, Baby Benz, BMW, Hyundai ataupun Mercy.. Sementara A'a apalah aku dimatamu, udah jelek, miskin, bego lagi ...Ibarat kendaraan, kendaraannya Bang Doel yang sering ngerepotin Mandra di jalanan kalo lagi di bawa buat narik penumpang. Itu Opelet... Jadul..". Kata Bejo merendah biar hatinya puas. Diseberang sana mulai terdengar ketawa kecil. "A'a Dede kangen ..!" sahutnya sendu. "Samma aku juga kangen, tapi sudahlah mo bagaiman lagi ibarat nasi sudah menjadi Bubur, sekarang kita tinggal sma-sama ngikhlasin aja ya?!  Wassalamu'alaikum...". "A'aaa...!!!" Klik Tut-tut-tut, Bejo menutup sambungan teleponnya. Makasih De buat hari-hari indah dan cinta semunya. Hheemmm, kata Bejo lagi tegar, Bro!!!.


Pagi itu cerah banget secerah wajah Bejo yang sudah semangat berangkat beraktivitas.. meski cuaca puncak Bogor pagi itu tetap seperti biasa awan selalu berkabut, tapi tidak berlaku bagi hati Bejo yang cerah dan hangat sehangat sambutan orang seisi kantor... di pagi itu. "Suuuurrpraaaiiiissseeee'...!!!" teriak seisi kantor yang kemudian mereka silih berganti menyalami Bejo, sedangkan Bejo tetap gak ngerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. "Selamat Jo, Besok lusa kamu... ja-di berangkat ke Koo-re-aaa...!!!" Kata pak Boss si Mata Empat itu seakan menjawab berjuta pertanyaan yang menghantui benaknya. Bejo hanya tersenyum kecil sambil mengucapkan terima kasih dan kembali kasih, jawab teman-teman sekantornya genit menggoda. "Ohya ini juga ada bonus untuk tulisan Liputanmu kemaren nyaris sempurna, sampai tau gak Jo, itu 'Si Ikbal' (Ikatan Banci Lebay) Editor kita sullit banget nyuntingnya...!! " Kata pak Bos lagi sambil memberikan amplop ke Bejo. " Bentar pak Bos tapi.. sebenanrnya yang pantas menerima bonus ini bukan saya tapi Bang Wahid. Soalnya dia hampir seharian tanpa mengenal lelah berusaha newujudkan tulisan itu. Bang Wahid sini...tolonng terima ini!!" kata Bejo sambil memberikan amplop itu. "Dia bohong pak Bos, padahal Bejo yang nulis jadi tulisannya berbobot dan perfektif ...!". "Sssst sudahlah Cumi, anggep aja ini hari baik Abang Wahid, itu Rizky dari Allah ... bisa buat beli sepeda Si Panjul anak Abang di Rumah..!" kata Bejo lagi. "Tapi kalo hanya buat beli sepedanya si Panjul masil lebih banyak nih, Jo..?!". "Kalo lebih ya gunakan aja untuk nambah-nambah ongkos persalinan Mbak Susi istri Bang Wahid yang bentar lagi akan melahirkan ... ya anggap aja uang itu pemberian hadiah dari seseorang hamba Allah untuk sahabat baiknya..." Kata Bejo ikhlas yang kemudian di sambut peluk hangat Cumi, sahabatnya."Terima kasih sahabatku, Hmmhukikkk.." kata Cumi terdengar isak tangis haru. "sudahlah malukan dilihatin ... banyak orang!" Kata Bejo berusaha menenangkan Cumi. "Temaan-temanku semuanya... sebelum gue pergi ke Negri Perantauan.... Gue mohooon banget dibukakan pintu ma'af, kalo-kalo selama jadi teman, partner kerja kalian gue banyak khilaf dan alfa, banyak nyusahin dan ngerepotin kalian semua, maafkan gue ya... dan..pasti, pas-ti... pas-ti...nanti gue akan merindukan kalian semua, pas-ti... pas-ti itu..!". Kata bejo pamitan dan tak terasa air matanya pun mulai deras terlihat mengalir di sudut matanya, haru. "Don't Cry Donnaat... Kita semua sayang kamu kok...!!" Sahut Cumi haru dan kembali memeluk erat sahabatnya seakan tak kuasa melepas kepergiannya. "Selamat jalan Sahabat, kami semua pasti merindukan keceriaan gelak tawa candamu sobat, dan... kalimat-kalimat hikmahmu yang menyejukan kalbu itu.. Selamat jalan Sahabatku!"  kata Cumi sambil melambaikan tangannya sesekali terlihat menyeka air matanya yang mulai pula membasahi wajahnya, ketika melepas kepergian sahabatnya itu, BEJO SASONGKO. 
Itulah indahnya sebuah persahabatan sejati yang bisa menghibur kita di saat dalam keadaan apapun. Tatkala duka ia menjadikannya ladang ibadah bagi kita, menjadi teman setia ketika kita sedang terjatuh..saling mengingatkan ketika lupa dan saling memberi tidak hanya ketika kita sedang berbahagia tapi saat dalam keadaan susahpun seorang sahabat sejati masih mampu memberi kedamaian hati bagi mereka yang benar-benar masih punya hati dan Cinta. Terima Kasih* Tammat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar