Kamis, 10 Mei 2012

SEJARAH PONDOK PESANTREN BABAKAN CIWARINGIN-CIREBON




Babakan Ciwaringin adalah nama sebuah perkampungan di Desa Babakan, Cirebon, Jawa Barat. Uniknya, di kampung ini terdapat 32 pondok pesantren baik putra dan putri, yang lantas dikenal sebagai Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin.

Secara administratif, desa ini berada di wilayah Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat. Sejak berdirinya pada tahun 1715, Pesantren Babakan Ciwaringin menunjukkan perkembangan yang pesat.

''Para kiai di sini sudah mendapat restu dari para kiai tempat mereka belajar untuk mendirikan pesantren. Pesantern di sini juga seluruhnya masih ada kaitan keluarga satu sama lain,'' tandas KH Syarief Hud Yahya, pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Muta'allimin, pesantren pertama di Babakan Selatan.

Walaupun mereka memiliki bidang kajian berbeda, seperti ahli fikih, ahli hadis, Alquran dan lain-lain, mereka bersatu dalam keragaman. ''Memang, mereka satu sama lain memiliki jalur keturunan yang sama,'' tambahnya.

Ini diperlihatkan dari munculnya lembaga-lembaga pendidikan di desa ini dari MI/SD, hingga perguruan tinggi. Pesantren Babakan yang letaknya sekitar 25 km dari Kota Cirebon, memiliki kontribusi nyata terhadap perkembangan pendidikan Islam di wilayah Cirebon.

Pola pendidikan pesantren ini masih tradisional. Sistem pengajarannya menggunakan dua metode, 
bandongan dansorogan. Pada tahun 1959, sistem pendidikan mulai mengakomodasi metode madrasah atau dikenal dengan sebutan klasikal.

Tidak lama kemudian, keluarga besar pesantren Babakan mendirikan gedung Madrasah al-Hikamus as-Salafiyah (MHS), tahun 1967 M di blok Gondang Manis. Dua tahun berikutnya, dengan kondisi bangunan yang sederhana, MHS telah menyelenggarakan pendidikan dengan sistem klasikal, tingkat Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah.

Pada era pertengahan tahun 1960-an inilah, terjadi pengembangan paradigma pendidikan. Sisi akomodasi inilah yang menggambarkan bahwa secara kelembagaan, pendidikan pesantren mengalami perkembangan pesat.

Integrasi ilmu (ilmu keagamaan dan ilmu pengetahuan umum), diwujudkan di Pesantren Babakan. Ini sekaligus menjadi pertanda bahwa para ulama yang berpegang teguh pada kaidah 
tasyaruf al-imam ala ar-raiyah manut bi al-maslahah (kebijakan para pemimpin senantiasa berbasis pada kemaslahatan universal), berharap agar pesantren dapat menjadi rujukan dalam pembangan ilmu pengetahuan.

Lebih jauh, jumlah pondok pesantren mengalami penambahan, hingga lebih dari 30 pesantren. Pun demikan, didirikan pula sejumlah lembaga pendidikan dan sosial di lingkungan pesantren.

Secara kognitif, tujuan pendidikan di Pesantren Babakan diarahkan pada upaya membentuk para santri dan pelajar yang memiliki kecerdasan dan menguasai ilmu agama dan umum serta ketrampilan tertentu. Para santri dan pelajar juga diharapkan memiliki akhlak yang terpuji dan peka terhadap fenomena-fenomena sosial. osa


Dari Perjuangan Kiai Jatirah

Dalam sejarahnya, nama Babakan diambil untuk mengenang kepeloporan seorang wali yang kerap diberi julukan Kiai Jatirah. Ia berjasa memulai dan membuka daerah yang dikenal kering dan gersang sehingga menjadi sebuah tempat pemondokan.

Tidak heran, sebutan Babakan, merupakan kata yang memiliki makna kesejarahan pembentukan awal daerah ini, yang berarti juga 
mbabak-babak (memulai atau membuka lahan).

Kehadiran Kiai Jatirah yang memiliki nama asli KH Hasanuddin, terjadi sekitar tahun 1127 H/1715 M. Bersama masyarakat di daerah itu, beliau merintis sebuah pondok pesantren yang amat sederhana, dibangun dengan infrastruktur seadanya.

Pendirian awal pesantren ini diwarnai dengan nuansa sosial-politik nasional abad 18, di mana sedang berkecamuk era kolonial Belanda. Berbagai bentuk perlawanan dari masyarakat pribumi dilakukan terhadap kaum penjajah.

Tak terkecuali Kiai Jatirah, sepak terjang dan perannya dalam memobilisasi dan mengonsolidasikan umat Muslim di daerah itu, membuat namanya semakin harum. Tidak saja sebagai seorang ulama yang kharismatik, tetapi juga pejuang yang gigih membela tanah air tumpah darahnya./taq (Sumber Republika Online)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar