Kamis, 10 Mei 2012

Tradisi Maulid dan Haul ke-18 KH. Masduqi Aly Ponpes Miftahul Mutta'alimin Bacicir


Suasananya masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Tapi bisa juga dikatakan semakin ramai dengan riuh rendah para peziarah yang datang berbondong-bondong dari sejumlah daerah di Wilayah Tiga Cirebon.  Belum lagi didukung dengan bisingnya suara pedagang yang menjajakan dagangannya seperti makanan, mainan, serta tawar menawar yang berlangsung antara pedagang dan pembeli.  Ya, selain dikunjungi para santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Muta’allimin serta Ponpes di sekitar Babakan Ciwaringin Cirebon juga dikunjungi ratusan peziarah dari selain daerah Babakan Ciwaringin. Di antaranya seperti Majalengka, Indramayu, Kuningan, dan sejumlah daerah lainnya.
Ny Fitri (46 Tahun) misalnya, menghadiri acara haul dan maulid Nabi Muhammad di Ponpes Ciwaringin sudah menjadi rutinitas tahunanya. Apalagi dulu anak-anaknya pernah menjadi santri di Ponpes Miftahul Muta’allimin Babakan Ciwaringin. “Dulu anak-anak pesantrennya di sini (di Babakan Ciwaringin), tapi kini sudah selesai. Ya, saya sudah rutin ke sini. Ikut mendo’akan dan mencari barokah,” terang  perempuan aseli Majalengka ini, yang mengaku hanya datang sendirian. Sementara di sampingnya, puluhan ibu-ibu duduk di atas rumput karena tidak mendapatkan kursi dan pelindungan yang sudah penuh dengan pengunjung lainnya.
Meski cuaca panas mulai membakar mereka (para peziarah), namun sama sekali tak menyurutkan niat mereka untuk memberikan do’a dan mendapatkan barokah di acara Maulid Nabi dan Haul ke-18 Al Maghfurlah KH Masduki Ali, KH Sholeh Saddad, KH Yahya Masduki, serta para sesepuh Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon. Acara yang digelar pada Sabtu (20/02), itu tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebelum dimulainya acara Maulid Nabi pada malam Sabtunya, acara diawali dengan “Tahlil Akbar”. Dimana dalam acara tersebut berisi; pembukaan, tawashul, tahlil, tauzyiah, kemudian ditutup dengan do’a.
Haul Sebagai Ajang Silaturahim
Di Indoensia, peringatan haul selalu menjadi tradisi dan simbol relejiusitas di kalangan masyarakat santri sejak dakwah Wali Songo. Peringatan haul (kata "haul" dari bahasa Arab, berarti setahun) adalah peringatan kematian seseorang, yang diadakan setahun sekali dengan tujuan utama untuk mendoakan ahli kubur, agar semua amal ibadah yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT. Biasanya, haul diadakan untuk para keluarga yang telah meninggal dunia atau para tokoh untuk sekedar mengingat dan meneladani jasa-jasa dan amal baik mereka.
Haul yang penting diadakan setiap setahun sekali dan tidak harus tepat pada tanggal tertentu alias tidak sakral sebagaimana kita memperingati hari ulang tahun. Hari dan tanggal pelaksanaan ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu yang berhubungan acara-acara lain yang diselenggarakan bersamaan dengan peringatan haul itu.
Para keluarga mengadakan acara haul pada hari dan tanggal yang telah disepakati bersama keluarga, pada saat mereka mempunyai waktu senggang dan bisa berkumpul bersama. Di pesantren-pesantren, haul untuk para pendiri dan tokoh-tokoh yang berjasa terhadap perkembangan pesantren dan syi’ar Islam diadakan bersamaan dengan acara tahunan pesantren, semisal khataman kitab akhir tahun, pertemuan wali santri, atau dzikir akbar tahunan.
Seperti haul kali ini yang digelar oleh keluarga besar Ponpes Miftahul Muta’allimin Babakan Ciwaringin Cirebon. KH Abdul Muhaimin As’ad LC, Pengasuh Ponpes Miftahul Muta’allimin, juga mengungkapkan rasa syukur dan terimakasihnya pada segenap masyarakat yang telah hadir dalam acara haul tersebut.
“Kami sangat bersyukur, setiap tahunnya acara ini tidak pernah sepi. Bahkan semakin ramai saja selama 18 tahun ini, meski tidak pernah ada undangan resmi. Semoga hal ini bisa terus dipertahankan, dan mudah-mudahan anak cucunya bisa meneruskan perjuangan KH Masduki Ali. Ini adalah suatu silaturahim yang berfaedah dan terutama ziarah kepada kuburannya KH Masduki Ali,” papar kiai Abdul Muhaimin dalam sambutannya pada haul ke-18 KH Masduki Ali. 
Sementara sejumlah ulama menyatakan, peringatan haul tidak dilarang oleh agama, bahkan dianjurkan. Ibnu Hajar dalam Fatâwa al-Kubrâ Juz II hlm. 18 menjelaskan, para sahabat dan ulama tidak ada yang melarang peringatan haul sepanjang tidak ada yang meratapi mayyit atau ahli kubur sambil menangis. Peringatan haul sedianya diisi dengan menuturkan biorafi orang-orang yang alim dan saleh guna mendorong orang lain untuk meniru perbuatan mereka
Peringatan haul yang diadakan secara bersama-sama menjadi penting bagi umat Islam untuk bersilaturrahim satu sama-lain; berdoa sembari memantapkan diri untuk menyontoh segala teladan dari para pendahulu; juga menjadi forum penting untuk menyampaikan nasihat-nasihat keagamaan. (a5)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar