Suasananya masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Tapi bisa juga
dikatakan semakin ramai dengan riuh rendah para peziarah yang datang
berbondong-bondong dari sejumlah daerah di Wilayah Tiga Cirebon. Belum
lagi didukung dengan bisingnya suara pedagang yang menjajakan dagangannya
seperti makanan, mainan, serta tawar menawar yang berlangsung antara pedagang
dan pembeli. Ya, selain dikunjungi para santri di Pondok Pesantren
(Ponpes) Miftahul Muta’allimin serta Ponpes di sekitar Babakan Ciwaringin Cirebon
juga dikunjungi ratusan peziarah dari selain daerah Babakan Ciwaringin. Di
antaranya seperti Majalengka, Indramayu, Kuningan, dan sejumlah daerah lainnya.
Ny Fitri (46 Tahun) misalnya, menghadiri acara haul dan maulid Nabi Muhammad
di Ponpes Ciwaringin sudah menjadi rutinitas tahunanya. Apalagi dulu
anak-anaknya pernah menjadi santri di Ponpes Miftahul Muta’allimin Babakan
Ciwaringin. “Dulu anak-anak pesantrennya di sini (di Babakan Ciwaringin), tapi
kini sudah selesai. Ya, saya sudah rutin ke sini. Ikut mendo’akan dan mencari
barokah,” terang perempuan aseli Majalengka ini, yang mengaku hanya
datang sendirian. Sementara di sampingnya, puluhan ibu-ibu duduk di atas rumput
karena tidak mendapatkan kursi dan pelindungan yang sudah penuh dengan
pengunjung lainnya.
Meski cuaca panas mulai membakar mereka (para peziarah), namun sama sekali
tak menyurutkan niat mereka untuk memberikan do’a dan mendapatkan barokah di
acara Maulid Nabi dan Haul ke-18 Al Maghfurlah KH Masduki Ali, KH Sholeh
Saddad, KH Yahya Masduki, serta para sesepuh Pondok Pesantren Babakan
Ciwaringin Cirebon. Acara yang digelar pada Sabtu (20/02), itu tidak jauh
berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebelum dimulainya acara Maulid Nabi
pada malam Sabtunya, acara diawali dengan “Tahlil Akbar”. Dimana dalam acara
tersebut berisi; pembukaan, tawashul, tahlil, tauzyiah, kemudian ditutup dengan
do’a.
Haul Sebagai Ajang Silaturahim
Di Indoensia, peringatan haul selalu menjadi tradisi dan simbol relejiusitas
di kalangan masyarakat santri sejak dakwah Wali Songo. Peringatan haul (kata
"haul" dari bahasa Arab, berarti setahun) adalah peringatan kematian
seseorang, yang diadakan setahun sekali dengan tujuan utama untuk mendoakan
ahli kubur, agar semua amal ibadah yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT.
Biasanya, haul diadakan untuk para keluarga yang telah meninggal dunia atau
para tokoh untuk sekedar mengingat dan meneladani jasa-jasa dan amal baik
mereka.
Haul yang penting diadakan setiap setahun sekali dan tidak harus tepat pada
tanggal tertentu alias tidak sakral sebagaimana kita memperingati hari ulang
tahun. Hari dan tanggal pelaksanaan ditentukan berdasarkan pertimbangan
tertentu yang berhubungan acara-acara lain yang diselenggarakan bersamaan
dengan peringatan haul itu.
Para keluarga mengadakan acara haul pada hari dan tanggal yang telah
disepakati bersama keluarga, pada saat mereka mempunyai waktu senggang dan bisa
berkumpul bersama. Di pesantren-pesantren, haul untuk para pendiri dan tokoh-tokoh
yang berjasa terhadap perkembangan pesantren dan syi’ar Islam diadakan
bersamaan dengan acara tahunan pesantren, semisal khataman kitab akhir tahun,
pertemuan wali santri, atau dzikir akbar tahunan.
Seperti haul kali ini yang digelar oleh keluarga besar Ponpes Miftahul
Muta’allimin Babakan Ciwaringin Cirebon. KH Abdul Muhaimin As’ad LC, Pengasuh
Ponpes Miftahul Muta’allimin, juga mengungkapkan rasa syukur dan terimakasihnya
pada segenap masyarakat yang telah hadir dalam acara haul tersebut.
“Kami sangat bersyukur, setiap tahunnya acara ini tidak pernah sepi. Bahkan
semakin ramai saja selama 18 tahun ini, meski tidak pernah ada undangan resmi.
Semoga hal ini bisa terus dipertahankan, dan mudah-mudahan anak cucunya bisa
meneruskan perjuangan KH Masduki Ali. Ini adalah suatu silaturahim yang
berfaedah dan terutama ziarah kepada kuburannya KH Masduki Ali,” papar kiai
Abdul Muhaimin dalam sambutannya pada haul ke-18 KH Masduki Ali.
Sementara sejumlah ulama menyatakan, peringatan haul tidak dilarang oleh agama,
bahkan dianjurkan. Ibnu Hajar dalam Fatâwa al-Kubrâ Juz II hlm. 18 menjelaskan,
para sahabat dan ulama tidak ada yang melarang peringatan haul sepanjang tidak
ada yang meratapi mayyit atau ahli kubur sambil menangis. Peringatan haul
sedianya diisi dengan menuturkan biorafi orang-orang yang alim dan saleh guna
mendorong orang lain untuk meniru perbuatan mereka
Peringatan haul yang diadakan secara bersama-sama menjadi penting bagi umat
Islam untuk bersilaturrahim satu sama-lain; berdoa sembari memantapkan diri
untuk menyontoh segala teladan dari para pendahulu; juga menjadi forum penting
untuk menyampaikan nasihat-nasihat keagamaan. (a5)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar