Tiga Catatan TentangMU
DI DASAR HATIKU
Bibirmu adalah keranjang yang mengemban semua perjalananku
Merias baju yang kubawa dari seberang
Permukaan tempat mengendapkan erangan dan tangis kebahagiaan
Seperti rangkaian Melati di ranjang pengantin dan keranda mayat
Di dasar hatiku masih terlihat cakarmu
Membekaskan koreng dan nanah
Waskita yang dikabarkan ribuan gagak
Melayang dan menyanyikan nada duka
Goresan yang tak mampu dihapus waktu
Bibirmu yang menyimpan lereng dan tebing
Kembali menjorokkanku ke jurang
Sampai kapankah berpagutan atau terserah langit
Yang memisahkan pelangi dan hujan?
Kita serap tetesnya untuk mengompres
Angkuh dan ego, harga diridan gengsi
Kita serap tetesnya untuk mengompres
Angkuh dan ego, harga diridan gengsi
ADA EMBUN MENGALIR
Ada embun mengalir dari rambutmu
Ada peluh bergulir dari alismu.
Dan suhu membeku
Ada peluh bergulir dari alismu.
Dan suhu membeku
Melapisi pipi serta hatimu
Bulan menggigil, senyap membungkus Langit
Dengan selimut awan.
Ada burung menyanyikan luka
Ada burung menyanyikan luka
Ada sungai yang penuh oleh aliran air mata
Ada gerimis membasahi hari-harimu.
Ada hujan membanjiri usiamu.
Kemudian bulan bergeser
Ada hujan membanjiri usiamu.
Kemudian bulan bergeser
Mematahkan jarum-jarum jam.
Seperti jalan raya
Seperti jalan raya
Hempasan rambutmu bergerak menyusuri jalan
Lalu setetres embun dingin menetes dari sudut matamu:
Jengkal yang selalu menyimpan semua keyakinan itu
MENYANGGA LANGIT
Langit adalah ruang yang merangkum semua perjalanan.
Aku tak tahu bagaimana mendakinya
Aku tak tahu bagaimana mendakinya
Tanpa harus memanjat atau terpelanting terjatuh
Seperti bumi yang menggelar alas tanpa dorongan langit.
Atau daun menggugurkan diri tanpa hempasan angin yang kencang
Ingatanku masih tersimpan di laci-laci toko
Tersangkut di got-got jalanan
Sepi pengap dan tahun menjalar di leherku
Gulungan awan kemarau yang dilayangkan ke ujung
Hanya kubutuhkan untuk meneduhi hati
Atau harus kupanggil mendung, kupanggil petir untuk bunuh diri
Kini silaukanlah aku terik mentari dan halilintar yang keras
Ingin kusangga langit dengan tumpukan kertas yang sudah memburam
Atau kutendang semua dewa dan kuledakkan bumi
Debu beterbangan dan udara dipenuhi aroma Mani
Pohon-pohon pun mengejang dan terbang ke langit.
Antara kita adalah sebuah Singgasana diam yang mencekam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar