Bencana datang silih berganti. Tapi, mengapa mata hati kita untuk
introspeksi sepertinya tertutup, bahkan sebagian di antara kita tetap
membusungkan dada lantaran bencana itu terjadi karena fenomena alam
semata? Kita selalu mengedepankan logika, teori bahkan ramalan. Padahal
jika Allah berkehendak, semuanya bisa dijungkar balikan. Anehnya, yang
lebih menyedihkan lagi adalah ritual-ritual yg bertentangan dengan Islam
bertebaran di mana-mana bersamaan dengan datangnya bencana. Orang minta
petunjuk melalui mimpi, yg tak jarang menggunakan media sesajen,
kemenyan dan benda-benda yg dianggap kramat.
Kita seolah lupa atau sengaja melupakan diri bahwa
kita sebenarnya mempunyai Tuhan yg jelas lebih berkuasa atas segalanya.
Betapa sembrononya kita, di tengah rangkaian bencana yg menelan begitu
banyak korban, justru bersikap seolah menafikan yg kuasa. Kita seolah
tak punya agama.
Kita terlalu angkuh menganggap semua bukan sentilan Tuhan yg
sengaja ditampakkan dalam wujud bencana agar manusia kembali ingat
kepadaNya, agar kita kembali menyadari atas segala dosa yg diperbuat
seyogyanya mensyukuri atas segala nikmat yg telah diberikan- Nya. Kita
lalai bahwa manusia diciptakan sebenarnya untuk senantiasa
mengaktualisasikan apa-apa yg menjadi kewajibannya, bukan malah
menentangNya,"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembahKu"(QS. Adz-Dzariyat:56)
Rasanya sudah cukup kita bercermin bagaimana kaum 'Ad,
Tsamud, Nuh kaum-kaum terdahulu dihancurkan dan dimusnahkan. Apa yg
menjadikan mereka itu hancur tidak lain karena keserakahan, keangkuhan,
kebodohan, bahkan kekerasan hati mereka yg tak percaya akan
kekuasaanNya. Seandainya mereka tidak melampaui batas, barangkali bala'
yg sedemikian rupa tidak akan turun.
Meski beda masa antara kaum terdahulu dengan sekarang, namun
bencana tersebut hampir persis terjadi di negri yg katanya bergelimang
dengan kekayaan alam. Di negri ini, moral bangsa sudah sedemikian parah.
Para elite yg semestinya bisa dijadikan teladan malah berlomba menumpuk
harta meski dengan mengkorupsi kepentingan rakyat, perilaku masyarakat
juga kian mengarah kepada dekadensi moral akibat hantaman globalisasi yg
membuka lebar-lebar kran permisifisme. Angka kriminalisme menunjukan
grafik yg fantastis; mulai dari perampokan, premanisme hingga pembunuhan
dengan berbagai modus operandi. Belum lagi kemaksiatan yg merajalela
seperti: prostitusi yg terkesan dilegalkan dengan adanya lokalisasi
walaupun dalihnya thdak ada lapangan kerja, pelecehan seksual, kekerasan
rumah tangga, perempuan serta anakpun terus kita pelototi dengan mata
telanjang.
Benar-benar komplit "suguhan" di negeri ini. Tanpa
bermaksud menafikan logika, kalau kita mengingat begitu perkasanya Sang
Pencipta, sebenarnya terjadinya itu tak terlepas dari carut marutnya
moral yg melanda negeri ini. Rasulullah SAW. Pernah bersabda,"Bila
perbuatan-perbuatan maksiat ditengah umatku telah nyata, maka Allah akan
menimpakan adzabNya kepada mereka secara merata" (HR. Ahmad).
Dengan kondisi seperti ini, bagaimana mungkin
mengharapkan suatu keberkahan seperti yg kita idamkan,"baldatun
thayyibatun warabbun ghafur"(negeri yg baik dan dirahmati Allah)
sementara kita pelit sekali mengungkapkan rasa syukur. Sebaliknya, kita
menciptakan situasi yg mengundang murka Allah. Allah SWT. berfirman:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari(nikmatku),sesungguhnya adzabku
sangat pedih"(QS.Ibrahim:7)
Karena itu, bila kita senantiasa mengembalikan bahwa
semua kejadian alam tersebut merupakan skenario Allah, pandai bersyukur
serta memperbaiki mental kita yg compang camping, maka kita pastinya
akan terhindar dari adzab Allah yg lebih dahsyat. Sebab tak bisa
dipungkiri, ada korelasi antara bencana, moral bangsa dan keberkahan.
LOKASI PESAWAT JATUH. Foto
udara lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 yang diambil
menggunakan Helikopter Super Puma TNI AU dengan pilot Mayor Pnb Levi
dari Lanud Atang Sanjaya, Bogor di kawasan Gunung Salak, Jawa Barat,
Kamis (10/5). Tim Search and Rescue (SAR) udara dari Lanud Atang Sanjaya
telah menemukan lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 pada pukul
9.20 WIB, Kamis (10/5) di pinggir tebing kawasan Gunung Salak, Cidahu,
Sukabumi, Jawa Barat. FOTO ANTARA/TNI AU/HO/wsj/Koz/mes/12. ANTARAFOTO
Team Evakuasi Pesawat Sukhoi SARNAS TNI di Lokasi Kecelakaan Gunung Salak Bogor.
Korban Pesawat Sukhoi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar