Selesai Shalat Maghrib, sekeluarnya dari masjid
Pondok Pesantren Selatan Bacicir. Bejo beranjak dari tempat duduknya dan menuju
pintu keluar Masjid. Ia memasukan sesuatu ke dalam kotak yang persis nongkrong
di samping pintu keluar Masjid yang kemudian disusul Cumi. Lalu terlihat Bejo
sibuk sendiri menyiapkan beberapa lembaran uang ratusan ribu ke dalam
amplop, sementara Cumi melihatnya penuh tanda tanya. "Lah amplop itu buat
apa Bos?". Tanya Cumi-cumi.
"Buat membantu mereka saudara-saudara
Muslim kita yang sedang Fii sabilillah menegakan
ajaran Nabi Muhammad SAW dan mengagungkan agama Allah SWT di muka bumi ini,
gimana elu mo nitip..?". kata Bejo balik nanya ke Cumi. Sedangkan Cumi
kebingungan.
"Gak usah bingung kaya gitu dong...Shalat yang dilarang nitip
aja pengennya nitip, tapi giliran amaliyah Shadaqah yang
boleh nitip elu malah bingung...".
"Tapi ini jatah buat makan malam
ama beli oleh-oleh." Kata Cumi memelas sambil mengeluarkan beberapa uang
ratusan ribu."Cumi-cumi amaliyah shodaqah
itu berapa saja yang penting hati kita ikhlas.. udah cepet mo nitip
berapa..?".
"Yaa ini semuanya gue ikhlas kok, gue juga pengen deket
sama Tuhan Gue... bukankah menurut tulisan elu, setiap pemberian shadaqah yang
didasari rasa tulus ikhlas akan menjadikannya tolak bala bagi diri kita serta
jangan pula berkhawatiran kalo-kalo uang itu akan hilang, karena Allah SWT
telah berjanji akan membalasnya tidak hanya di akherat tapi di duniapun Allah
akan melipat gandakannya, seperti tujuh benih yang di tanam di lahan yang subur
yang kemudian tiap benihnya menghasilkan sepuluh pohon kebaikan dimana dari
setiap pohonnya juga memilliki sepuluh cabang kebaikan dan berbuah lebat pula (QS.
Al-Baqarah 161-163). apa yang kita keluarkan untuk sedekah.. bukan
begitu pak Ustadz?" Kata Cumi panjang dan lebar menjelaskan sesuatu yang
sudah ia ketahui.
"Udah gue bilang biasa aja jangan panggil gue Ustadz,
gue malu tau..!"Kata Bejo sedikit memberi kode. "Sebenarnya elu malu
sama siapa sih Bos ustsdz, Ups maaf salah..!?" kata Cumi Merasa salah
Ngomong. "Gue malu sama yang punya rumah ini, Baitullah..".
Maksud elu sama Allah..?" tanya Cumi lagi. Bejo mengangguk tersipu malu.
"Tidak hanya merasa malu sama Allah tapi juga malu sama Assatidz di
lingkungan Pondok Pesantren ini..". jawab Bejo masih dengan bahasa
memelas.
" Maksud elu malu ama mereka-mereka itu, kok bisa..?" tanya
Cumi lagi merasa tambah aneh.
"Cumi-cumi, elu nyebut gue yang bukan Ustadz
berani manggil gue dengan sebutan Ustadz, sementara dengan beliau-beliau
yang memang benar-benar Ustadz elu ragu memanggilnya...Padahal kalo elu harus
tau, bila gue harus dibanding-bandingkan ilmu dan amal serta pengorbanannya
demi tetap membuminya ajaran agama Allah SWT itu dengan Beliau-beliau, gue gak
ada apa-apanya. Ibadah dan amaliyah beliau-beliau di dunia Ma'had
Tarbiyyatul Islam berpuluh-puluh tahun di Ponpes ini, insya
Allah tulus tanpa mengharapkan sesuatu imbalan apapun dan dari siapapun
termasuk dari Pengasuh Pesantren ini sekalipun. Para Assatidz itu semata-mata hanya
mengharap berkah dan Ridha dari Allah SWT saja. Sementara kita, si badan ini...
meski bekerja pontang-panting, menulis dengan niatan demi dakwah sekalipun
dengan sesekali 'menukil'' (Mereferensi)
ayat-ayat Allah SWT juga kita masih mengharapkan bayaran, royalty, bonus dari
pak Bos Si mata empat kita. Seperti kegiatan liputan daerah tadi di
Jogya.. berapa duit yang pak Bos keluarkan untuk kita. Udah begitu, kita
terkadang juga masih belum puas dengan rizky yang Allah berikan. Ambil aja
contoh gampangnya kita sering mendemo perusahaan kalo gaji kita gak di bayar
atau telat di bayar, ataupula ketika kita meminta gaji kita naik.
Sementara beliau-beliau itu gak pernah sekalipun Cumi mendemo Pon-pesnya
menuntut gaji. Padahal bertahun-tahun assatidz-assatidz
itu mengabdi demi Agama Allah." Kata Bejo sambil berusaha menjelaskan
sejelas-jelasnya kepada Cumi. Cumi tambah faham dan merasa kagum dengan
sahabatnya yang satu ini.
"Kang Bejo ama temennya, di minta Abah Yai soan
ke rumah Ajengan..!". kata salah satu Ustadz begitu ramah.
"Oh
ya-iya, terima kasih kang Zaid saya akan segera menemui Abah Yai.. Ayo Bang
Wahid kita kesana.."kata Bejo sambil mengajak Cumi. Langkahnya kemudian
diikuti Cumi dari belakang yang kemudian berjalan beriringan dengan Bejo.
"Apapun yang di kasih dan disajikan Abah Yai kita gak boleh menolaknya
ya..!" Bisik Bejo ke Cumi, ia cuma mengangguk kecil. "Assalamu'alaikum,
Abah..!". "Wa'alikum salam Warrahmatullahi wabarrakatuh, subhanallah
Bejo, ente sehat...?" Sambut Kyai Faqih hangat."Alhamdulillah,
berkat do'a Abah dan Nyai serta dengan kehendakNya pula kami berdua bisa bersilaturrahmi
kesini, ya sekedar mampir... numpang untuk shalat Maghrib.." Jawab Bejo
tak henti-hentinya bersyukur.
"Ngendong
(Menginap) juga gak apa-apa, kamu kan santri Abah juga. Gimana kabar Ayah-Bunda
di rumah sehat, semuanya... ?" kata Kyai sambil bertanya.
"Alhamdullillah,
Abah semuanya sehat-sehat saja.." Jawab Bejo Takdzim sementara Cumi
mengangguk-angguk aja pura-pura ngerti bahasa Jawa hinggil soalnye Bang Wahid
si 'Cumi-cumi' kite ini 100% produk Betawi.
"Kalian berdua udah makan,
hayu kita makan dulu biar ngobrolnya enak..!"ajak Kyai yang khos itu. Kalo
Bahasa Cerbonnya sih, "Cung wis pada mangan durung?"
Udah lazim kalimat itu terlontar dari bibir Kyai yang senantiasa basah dengan Dzikrullah
itu, diucapkannya kepada siapapun, entah itu santri-santrinya ataupun
tamu-tamunya yang lebih muda dari Ajengan yang sedang soan
(Berkunjung) di rumahnya.
Akhirnya mereka bertiga asyik dengan obrolannya.
Berbincang-bincang sampai waktu shalat Isyapun datang. Dengan alunan suara
Muadzin Khas pesantren Selatan, Adzan pertanda telah masuk shalat Isya itu
mengalun indah turut menyemarakan suasana pesantren yang terasa benar-benar
terasa religius di malam itu. Ketika beranjak ke Masjid Bejo
sempat menyelipkan Amplop yang tadi sudah disiapkannya di sela-sela balik tikar
yang cukup lebar itu. sambil tengak-tengok takut ada orang yang melihatnya. Hal
ini menambah keanehan dalam diri Cumi, saat ia hendak bertanya Bejo memberi
isyarat agar Cumi tidak banyak komentar.
Setelah menunaikan shalat Isya berjamaah, Bejopun pamitan.
"Abah Yai
terima kasih, jadi ngerepotin Abah Yai sekeluarga...".
"Ah
nggak Jo, isun seneng kalo ada santri yang masih inget sama gubug ini. Apalagi
kamu sudah Abah anggep anak sendiri, jangan sungkan-sungkan kalo hendak kemana
saja lewat Cirebon sempatkanlah mampir di gubug reot abah ini ya Jo? jadi bener
gak mo Ngendong di gubug Abah yang jelek ini...?" Kata Kyai faqih
merendah. sedangkan Bejo dan Cumi hanya menanggapinya dengan bahasa jawa
alakadarnya, "Boten, Abah masih wenten keperluan malih...Insya
Alllah ing waktos liane mengkin pun wenten kesempatan malih Insya Allah kula
mampir lan ngendong teng istanane Ajengan niki..(tidak Abah, masih
ada keperlauan lagi nih, Insya Allah di lain waktu apabila masih di beri
kesempatan umur panjang lagi, Insya Allah saya mampir dan menginap di rumah
megah Kyai ini)".
"Yaa sudahlah, yang sabar ya Jo, bila Allah sudah
berkehendak pastilah segala apa yang kamu hajatkan akan terkabul, kun
fayakuun tidak ada sesuatu yang tidak mungkin bagiNya..termasuk
jodohmu, Abah yakin Allah SWT masih menyeleksi calon istrimu yang terbaik dari
yang terbaik untuk mendampingimu dalam kehidupanmu." Kata Kyai Khos ini
seakan tau apa yang sedang di hajatkan santrinya.
"Amiin, leres Yai
maturnuwun...(Ya Kyai, terima kasih..)" jawab Bejo sambil mencium
tangan halus Ajengannya itu yang mulai terlihat putih kaku, kemudian diikuti
Cumi.
Kendaraan merekapun melesat dari Kompleks Ponpes Bacicir yang telah banyak
mencetak ratusan bahkan ribuan orang-orang hebat di negeri ini. Dalam
perjalanan pulang Cumi masih hanyut dengan kejadian barusan tadi yang
benar-benar menurutnya aneh tapi nyata. "Bos boleh gak gue nanya..?"
kata Cumi berusaha memberanikan diri bertanya.
"Mo nanya apa?" sahut
Bejo.
"Tadi ketika kita mo ke rumah kyai elu sempet bilang, jangan pernah
nolak pemberian apapun dari Kyia maksudnya apa?".
"Maksudnya kita
sebagai tamu juga wajib menghormati pemberian tuan rumah...gitu aja. Gak boleh
malu, Abah Yai malah seneng dan banget suka kalo sesuatu yang dihidangkan kepada
tamunya itu habis... masalahnya lagi Abah Yai gak suka dan gak mau nerima tamu
yang kurang menghormati pemberiannya yang berarti tidak ikut mensyukuri nikmat
rizky dari Allah yang dititipkanNya kepada beliau.." Jawab Bejo.
"Terus kenapa amplop yang elu siapin itu gak elu kasihkan langsung ke Kyai
saja, kok malah diselipin di balik tikar, maksudnya apa..?".Tanya
Cumi lagi masih keheranan.
"Soalnya kalo gue kasihkan langsung ke Beliau,
beliau gak mau menerima, ya karena Ajengan sudah yakin merasa cukup
dengan rizky dan ridha yang ia dapatkan dari Allah SWT aja. itu bagian dari
amalan orang-orang sufi yang sudah ma'rifat
(dekat) dengan Penciptanya. Bisa di bilang,'Al-Insanul Kamiluuna''
sudah tidak Ubbudun-ya lagi, segala
sesuatunya ia pasrahkan. Ya shalatnya, hidupnya, ketentuan nasib hidup dan
matinya hanya kepada Alllah SWT saja. Malahan beliau menganjurkan kalo ingin
bersyukur berbagi rizky Allah berikan saja kepada mereka suadara-saudara kita
yang nasibnya belum beruntung. kepada fakir miskin, anak-anak yatim dan
orang-orang terlantar...trus yang kedua, manfaatnya juga dapat kita
petik. Bagi kita sendiri untuk menghindari riya' amal dan riya qalbi.
Biar Allah SWT saja yang tahu tidak bagi manusia, itu sesungguhnya
sebaik-baiknya dalam beramal.".
"Lah tadi kita kan sepanjang
obrolan gak pernah sekalipun menyindir niatan Hajat elu yang yang kepingin
merantau ke luar Negeri, trus gak pernah ngomongin masalah cewek, kok pak kyai
langsung tau ya?" tanya Cumi lagi masih diselimuti rasa aneh.
"Itulah
salah satu keutamaan seorang hamba yang sudah ma'rifat dengan khaliknya,
terkadang di luar nalar kita bukan..?". Kata Bejo sambil tersenyum kecil
kepada Cumi sahabatnya, Kini Cumi mannggut-manggut mulai paham atas kejadian
barusan tadi.
"Sekarang kita kemana udah larut malem nih hampir jam 21.00
wib?".tanya Cumi lagi lupa sama keinginannya untuk dapat bersilaturrahmi
ke rumah orang tua Bejo.
"Lah kemaren hari elu minta mo kemana
dulu..?".
"Ohya gue hampir lupa, Astagfirullah al adziim
..Sampai lupa nih saking keasyikan ngedenger penjelasan elu tadi. Oke deh
Umiii, Wahid dataaaang...!!" teriaknya kegirangan dan Bejo hanya
senyum-senyum aja melihat sahabatnya bahagia lepas.
Sesampainya di kampung halaman Bejo, tepatnya di dalam gubug orang tua
Bejo, setelah bincang-bincang sejenak Bejo langsung beranjak ketempat
peraduan. Sedangkan Cumi terlihat masih asyik bercengkerama dengan kedua orang
tua Bejo. Menceritakan apa yang sedang dialami Bejo saat ini. Kedua orang tua
Bejo terlihat matanya berkaca-kaca mendengar cerita Cumi tentang anaknya,
Bejo.
"Yaa Allah jika keinginan putra hamba itu semata-mata benar karenaMu,
ketentuan dari kuasa dan keridhaanMu..siapapun gadis pilihan putra hamba, hamba
terima lahir bathin sebagai menantu hamba, yaa Allah kuttitipkan pula putra
hamba, tuntun ia untuk selalu dekat denganMu, ya Rabb..terima kasih untuk
segala karuniaMu.. Amiiin." Do'anya meluncur dari bibir seorang Bunda yang
senantiasa berharap putranya akan menjadi yang terbaik.
Akhirnya Selesai makan siang Bejo pamitan kepada kedua oranng tuanya.
"Nyak-Beh, Bejo pamitan nih, Bejo mo balik ke Bogor..... Do'ain Bejo ya
agar Bejo diberi kemudahan oleh Gusti Allah di dalam setiap urusan Bejo.."
.
"Ya Jo, Mak ama Babeh kamu gak akan bosan untuk senantiasa mendo'akanmu
Jo, yang penting Mak minta shalat lima waktu jangan di tinggal ya.. karena
ibarat badan itu adalaah rohnya untuk dapat hidup tenang dijalannya...".
Kata Ibunya Bejo berpesan.
" Ya Mak, pesan Emak akan Bejo jaga dan takkan
ragu untuk melaksanakannya.." Jawab Bejo takdzim. "Ohya Babeh ama
Emak gak bisa ngasih bekal apa-apa...hanya sekedar segudang Do'a dan... ini ada
sedikit buah mangga, nangka dan Jambu air, lumayanlah buat oleh-oleh, meskipun
asli hasil pekarangan sendiri rasanya tidak akan kalah dengan buah-buahan dari
Taman Sari Bogor sana loh, Hid..!" kata ayah Bejo sambil Bercanda ke Cumi.
Dan di sambut gelak canda bahagia....
Terima kasih Tuhan telah Engkau karuniakan pada ku orang tua yang teramat
sayang dan perhatian padaku... Ampuni segala kehilafannya, beri kesehatan dan
kebahagiaan yang Engkau Ridhai, amiiin..
##########
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam saja, kedua orang sahabat itu
sampai juga di kota hujan itu. "Cumi, tolong.. bawa laptop ini ke kantor
trus elu transit itu Artikel hasil interviuw tadi
datanya ke jaringan Komputer Redaksi bagian Editing. soalnya Deadline ntar sore
.. oke mungkin gue besok ke kantornya...!" kata Bejo.
"Oke Bos, ohya
ini Oleh-olehnya gak di bawa..?" tanya Cumi.
"Udah elu bawa aja
oleh-olehnya buat orang-orang rumah.!" .
"Tapi ini kebanyakan
Jo...?!".
"Kalo lebih bagikan ke tetangga elu kalo masih lebih juga
bawa aja ke kantor pasti mereka juga akan menanyakan oleh-oleh..oke gue mo
istirahat dulu...sampai jumpa besok pagi..dadah Cumiii..". Kata Bejo
sambil turun dari mobil yang ia tumpangi bareng Cumi. "
Subhanallah...
Engkau memang maha kuasa dari segalanya gak pernah sekalipun mengabaikan
Janji-janjiMu, makasih yaa Rabb..." kata Cumi membathin bersyukur mellihat
buah tangan yang lumayan banyak dan seabreg itu. "Oke gue cabut Bos...
sampai ketemu besok... Assalamu'alaikum.?".
"Wa'alikum
salam Warrahmatullahi Wabarrakatuh..". Jawab Bejo sambil
memandangi kepergian kendaraan yang di kemudikan Cumi, sahabatnya itu...
(BERSAMBUNG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar