Kamis, 10 Mei 2012

Don't Cry Donnat.... Kita Semua Sayang Kamu, Kok...!!




 Selesai Shalat Maghrib, sekeluarnya dari masjid Pondok Pesantren Selatan Bacicir. Bejo beranjak dari tempat duduknya dan menuju pintu keluar Masjid. Ia memasukan sesuatu ke dalam kotak yang persis nongkrong di samping pintu keluar Masjid yang kemudian disusul Cumi. Lalu terlihat Bejo sibuk sendiri menyiapkan beberapa  lembaran uang ratusan ribu ke dalam amplop, sementara Cumi melihatnya penuh tanda tanya. "Lah amplop itu buat apa Bos?". Tanya Cumi-cumi. 
"Buat membantu mereka saudara-saudara Muslim kita yang sedang Fii sabilillah menegakan ajaran Nabi Muhammad SAW dan mengagungkan agama Allah SWT di muka bumi ini, gimana elu mo nitip..?". kata Bejo balik nanya ke Cumi. Sedangkan Cumi kebingungan.
"Gak usah bingung kaya gitu dong...Shalat yang dilarang nitip aja pengennya nitip, tapi giliran amaliyah Shadaqah yang boleh nitip elu malah bingung...". 
"Tapi ini jatah buat makan malam ama beli oleh-oleh." Kata Cumi memelas sambil mengeluarkan beberapa uang ratusan ribu."Cumi-cumi amaliyah shodaqah  itu berapa saja yang penting hati kita ikhlas.. udah cepet mo nitip berapa..?".
"Yaa ini semuanya gue ikhlas kok, gue juga pengen deket sama Tuhan Gue... bukankah menurut tulisan elu, setiap pemberian shadaqah yang didasari rasa tulus ikhlas akan menjadikannya tolak bala bagi diri kita serta jangan pula berkhawatiran kalo-kalo uang itu akan hilang, karena Allah SWT telah berjanji akan membalasnya tidak hanya di akherat tapi di duniapun Allah akan melipat gandakannya, seperti tujuh benih yang di tanam di lahan yang subur yang kemudian tiap benihnya menghasilkan sepuluh pohon kebaikan dimana dari setiap pohonnya juga memilliki sepuluh cabang kebaikan dan berbuah lebat pula (QS. Al-Baqarah 161-163). apa yang kita keluarkan untuk sedekah.. bukan begitu pak Ustadz?" Kata Cumi panjang dan lebar menjelaskan sesuatu yang sudah ia ketahui. 
"Udah gue bilang biasa aja jangan panggil gue Ustadz, gue malu tau..!"Kata Bejo sedikit memberi kode. "Sebenarnya elu malu sama siapa sih Bos ustsdz, Ups maaf salah..!?" kata Cumi Merasa salah Ngomong. "Gue malu sama yang punya rumah ini, Baitullah..". Maksud elu sama Allah..?" tanya Cumi lagi. Bejo mengangguk tersipu malu. "Tidak hanya merasa malu sama Allah tapi juga malu sama Assatidz di lingkungan Pondok Pesantren ini..". jawab Bejo masih dengan bahasa memelas. 
" Maksud elu malu ama mereka-mereka itu, kok bisa..?" tanya Cumi lagi merasa tambah aneh. 
"Cumi-cumi, elu nyebut gue yang bukan Ustadz berani manggil gue dengan  sebutan Ustadz, sementara dengan beliau-beliau yang memang benar-benar Ustadz elu ragu memanggilnya...Padahal kalo elu harus tau, bila gue harus dibanding-bandingkan ilmu dan amal serta pengorbanannya demi tetap membuminya ajaran agama Allah SWT itu dengan Beliau-beliau, gue gak ada apa-apanya. Ibadah dan amaliyah beliau-beliau di dunia Ma'had Tarbiyyatul Islam  berpuluh-puluh tahun di Ponpes ini, insya Allah tulus tanpa mengharapkan sesuatu imbalan apapun dan dari siapapun termasuk dari Pengasuh Pesantren ini sekalipun. Para Assatidz itu semata-mata hanya mengharap berkah dan Ridha dari Allah SWT saja. Sementara kita, si badan ini... meski bekerja pontang-panting, menulis dengan niatan demi dakwah sekalipun dengan sesekali 'menukil'' (Mereferensi) ayat-ayat Allah SWT juga kita masih mengharapkan bayaran, royalty, bonus dari pak Bos  Si mata empat kita. Seperti kegiatan liputan daerah tadi di Jogya.. berapa duit yang pak Bos keluarkan untuk kita. Udah begitu, kita terkadang juga masih belum puas dengan rizky yang Allah berikan. Ambil aja contoh gampangnya kita sering mendemo perusahaan kalo gaji kita gak di bayar atau telat di bayar, ataupula  ketika kita meminta gaji kita naik. Sementara beliau-beliau itu gak pernah sekalipun Cumi mendemo Pon-pesnya menuntut gaji. Padahal bertahun-tahun assatidz-assatidz  itu mengabdi demi Agama Allah." Kata Bejo sambil berusaha menjelaskan sejelas-jelasnya kepada Cumi. Cumi tambah faham dan merasa kagum dengan sahabatnya yang satu ini.
"Kang Bejo ama temennya, di minta Abah Yai soan ke rumah Ajengan..!". kata salah satu Ustadz begitu ramah. 
"Oh ya-iya, terima kasih kang Zaid saya akan segera menemui Abah Yai.. Ayo Bang Wahid kita kesana.."kata Bejo sambil mengajak Cumi. Langkahnya kemudian diikuti Cumi dari belakang yang kemudian berjalan beriringan dengan Bejo.  
"Apapun yang di kasih dan disajikan Abah Yai kita gak boleh menolaknya ya..!" Bisik Bejo ke Cumi, ia cuma mengangguk kecil. "Assalamu'alaikum, Abah..!". "Wa'alikum salam Warrahmatullahi wabarrakatuh, subhanallah  Bejo, ente sehat...?" Sambut Kyai Faqih hangat."Alhamdulillah, berkat do'a Abah dan Nyai serta dengan kehendakNya pula kami berdua bisa bersilaturrahmi  kesini, ya sekedar mampir... numpang untuk shalat Maghrib.." Jawab Bejo tak henti-hentinya bersyukur.

"Ngendong  (Menginap) juga gak apa-apa, kamu kan santri Abah juga. Gimana kabar Ayah-Bunda di rumah sehat, semuanya... ?" kata Kyai sambil bertanya. 
"Alhamdullillah,  Abah semuanya sehat-sehat saja.." Jawab Bejo Takdzim sementara Cumi mengangguk-angguk aja pura-pura ngerti bahasa Jawa hinggil soalnye Bang Wahid si  'Cumi-cumi' kite ini 100% produk Betawi.
 "Kalian berdua udah makan, hayu kita makan dulu biar ngobrolnya enak..!"ajak Kyai yang khos itu. Kalo Bahasa Cerbonnya sih, "Cung wis pada mangan durung?"  Udah lazim kalimat itu terlontar dari bibir Kyai yang senantiasa basah dengan Dzikrullah  itu, diucapkannya kepada siapapun, entah itu santri-santrinya ataupun tamu-tamunya yang lebih muda dari Ajengan yang sedang soan (Berkunjung) di rumahnya. 
Akhirnya mereka bertiga asyik dengan obrolannya. Berbincang-bincang sampai waktu shalat Isyapun datang. Dengan alunan suara Muadzin Khas pesantren Selatan, Adzan pertanda telah masuk shalat Isya itu mengalun indah turut menyemarakan suasana pesantren yang terasa benar-benar terasa religius di malam itu. Ketika beranjak ke Masjid Bejo sempat menyelipkan Amplop yang tadi sudah disiapkannya di sela-sela balik tikar yang cukup lebar itu. sambil tengak-tengok takut ada orang yang melihatnya. Hal ini menambah keanehan dalam diri Cumi, saat ia hendak bertanya Bejo memberi isyarat agar Cumi tidak banyak komentar. 
Setelah menunaikan shalat Isya berjamaah, Bejopun pamitan.
"Abah Yai terima kasih, jadi ngerepotin Abah Yai sekeluarga...".  
"Ah nggak Jo, isun seneng kalo ada santri yang masih inget sama gubug ini. Apalagi kamu sudah Abah anggep anak sendiri, jangan sungkan-sungkan kalo hendak kemana saja lewat Cirebon sempatkanlah mampir di gubug reot abah ini ya Jo? jadi bener gak mo Ngendong di gubug Abah yang jelek ini...?" Kata Kyai faqih merendah. sedangkan Bejo dan Cumi hanya menanggapinya dengan bahasa jawa alakadarnya, "Boten, Abah masih wenten keperluan malih...Insya Alllah ing waktos liane mengkin pun wenten kesempatan malih Insya Allah kula mampir lan ngendong teng istanane Ajengan niki..(tidak Abah, masih ada keperlauan lagi nih, Insya Allah di lain waktu apabila masih di beri kesempatan umur panjang lagi, Insya Allah saya mampir dan menginap di rumah megah Kyai ini)". 
"Yaa sudahlah, yang sabar ya Jo, bila Allah sudah berkehendak pastilah segala apa yang kamu hajatkan akan terkabul, kun fayakuun   tidak ada sesuatu yang tidak mungkin bagiNya..termasuk jodohmu, Abah yakin Allah SWT masih menyeleksi calon istrimu yang terbaik dari yang terbaik untuk mendampingimu dalam kehidupanmu." Kata Kyai Khos ini seakan tau apa yang sedang di hajatkan santrinya. 
"Amiin, leres Yai maturnuwun...(Ya Kyai, terima kasih..)" jawab Bejo sambil mencium tangan halus Ajengannya itu yang mulai terlihat putih kaku, kemudian diikuti Cumi.

Kendaraan merekapun melesat dari Kompleks Ponpes Bacicir yang telah banyak mencetak ratusan bahkan ribuan orang-orang hebat di negeri ini. Dalam perjalanan pulang Cumi masih hanyut dengan kejadian barusan tadi yang benar-benar menurutnya aneh tapi nyata. "Bos boleh gak gue nanya..?" kata Cumi berusaha memberanikan diri bertanya. 
"Mo nanya apa?" sahut Bejo. 
"Tadi ketika kita mo ke rumah kyai elu sempet bilang, jangan pernah nolak pemberian apapun dari Kyia maksudnya apa?". 
"Maksudnya kita sebagai tamu juga wajib menghormati pemberian tuan rumah...gitu aja. Gak boleh malu, Abah Yai malah seneng dan banget suka kalo sesuatu yang dihidangkan kepada tamunya itu habis... masalahnya lagi Abah Yai gak suka dan gak mau nerima tamu yang kurang menghormati pemberiannya yang berarti tidak ikut mensyukuri nikmat rizky dari Allah yang dititipkanNya kepada beliau.." Jawab Bejo. 
"Terus kenapa amplop yang elu siapin itu gak elu kasihkan langsung ke Kyai saja, kok malah diselipin  di balik tikar, maksudnya apa..?".Tanya Cumi lagi masih keheranan. 
"Soalnya kalo gue kasihkan langsung ke Beliau, beliau gak mau menerima, ya karena Ajengan sudah yakin  merasa cukup dengan rizky dan ridha yang ia dapatkan dari Allah SWT aja. itu bagian dari amalan orang-orang sufi yang sudah ma'rifat (dekat) dengan Penciptanya. Bisa di bilang,'Al-Insanul Kamiluuna'' sudah tidak Ubbudun-ya lagi, segala sesuatunya ia pasrahkan. Ya shalatnya, hidupnya, ketentuan nasib hidup dan matinya hanya kepada Alllah SWT saja. Malahan beliau menganjurkan kalo ingin bersyukur berbagi rizky Allah berikan saja kepada mereka suadara-saudara kita yang nasibnya belum beruntung. kepada fakir miskin, anak-anak yatim dan orang-orang terlantar...trus yang kedua, manfaatnya juga dapat kita petik.  Bagi kita sendiri untuk menghindari riya' amal dan riya qalbi. Biar Allah SWT saja yang tahu tidak bagi manusia, itu sesungguhnya sebaik-baiknya dalam beramal.".  
"Lah tadi kita kan sepanjang obrolan gak pernah sekalipun menyindir niatan Hajat elu yang yang kepingin merantau ke luar Negeri, trus gak pernah ngomongin masalah cewek, kok pak kyai langsung tau ya?" tanya Cumi lagi masih diselimuti rasa aneh. 
"Itulah salah satu keutamaan seorang hamba yang sudah ma'rifat dengan khaliknya, terkadang di luar nalar kita bukan..?". Kata Bejo sambil tersenyum kecil kepada Cumi sahabatnya, Kini Cumi mannggut-manggut mulai paham atas kejadian barusan tadi.
"Sekarang kita kemana udah larut malem nih hampir jam 21.00 wib?".tanya Cumi lagi lupa sama keinginannya untuk dapat bersilaturrahmi ke rumah orang tua Bejo. 
"Lah kemaren hari elu minta mo kemana dulu..?". 
"Ohya gue hampir lupa, Astagfirullah al adziim ..Sampai lupa nih saking keasyikan ngedenger penjelasan elu tadi. Oke deh Umiii, Wahid dataaaang...!!" teriaknya kegirangan dan Bejo hanya senyum-senyum aja melihat sahabatnya bahagia lepas.
                                                                   

Sesampainya di kampung halaman Bejo, tepatnya di dalam gubug orang tua Bejo, setelah bincang-bincang sejenak  Bejo langsung beranjak ketempat peraduan. Sedangkan Cumi terlihat masih asyik bercengkerama dengan kedua orang tua Bejo. Menceritakan apa yang sedang dialami Bejo saat ini. Kedua orang tua Bejo terlihat  matanya berkaca-kaca mendengar cerita Cumi tentang anaknya, Bejo.
"Yaa Allah jika keinginan putra hamba itu semata-mata benar karenaMu, ketentuan dari kuasa dan keridhaanMu..siapapun gadis pilihan putra hamba, hamba terima lahir bathin sebagai menantu hamba, yaa Allah kuttitipkan pula putra hamba, tuntun ia untuk selalu dekat denganMu, ya Rabb..terima kasih untuk segala karuniaMu.. Amiiin." Do'anya meluncur dari bibir seorang Bunda yang senantiasa berharap putranya akan menjadi yang terbaik.   

Akhirnya Selesai makan siang Bejo pamitan kepada kedua oranng tuanya. "Nyak-Beh, Bejo pamitan nih, Bejo mo balik ke Bogor..... Do'ain Bejo ya agar Bejo diberi kemudahan oleh Gusti Allah di dalam setiap urusan Bejo.." . 
"Ya Jo, Mak ama Babeh kamu gak akan bosan untuk senantiasa mendo'akanmu Jo, yang penting Mak minta shalat lima waktu jangan di tinggal ya.. karena ibarat badan itu adalaah rohnya untuk dapat hidup tenang dijalannya...". Kata Ibunya Bejo berpesan. 
" Ya Mak, pesan Emak akan Bejo jaga dan takkan ragu untuk melaksanakannya.." Jawab Bejo takdzim. "Ohya Babeh ama Emak gak bisa ngasih bekal apa-apa...hanya sekedar segudang Do'a dan... ini ada sedikit buah mangga, nangka dan Jambu air, lumayanlah buat oleh-oleh, meskipun asli hasil pekarangan sendiri rasanya tidak akan kalah dengan buah-buahan dari Taman Sari Bogor sana loh, Hid..!" kata ayah Bejo sambil Bercanda ke Cumi. Dan di sambut gelak canda bahagia....
Terima kasih Tuhan telah Engkau karuniakan pada ku orang tua yang teramat sayang dan perhatian padaku... Ampuni segala kehilafannya, beri kesehatan dan kebahagiaan yang Engkau Ridhai, amiiin..
                                                                                               ##########

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam saja, kedua orang sahabat itu sampai juga di kota hujan itu. "Cumi, tolong.. bawa laptop ini ke kantor trus elu  transit itu Artikel hasil interviuw tadi datanya ke jaringan Komputer Redaksi bagian Editing. soalnya Deadline ntar sore .. oke mungkin gue besok ke kantornya...!" kata Bejo. 
"Oke Bos, ohya ini Oleh-olehnya gak di bawa..?" tanya Cumi. 
"Udah elu bawa aja oleh-olehnya buat orang-orang rumah.!" . 
"Tapi ini kebanyakan Jo...?!".
 "Kalo lebih bagikan ke tetangga elu kalo masih lebih juga bawa aja ke kantor pasti mereka juga akan menanyakan oleh-oleh..oke gue mo istirahat dulu...sampai jumpa besok pagi..dadah Cumiii..". Kata Bejo sambil turun dari mobil yang ia tumpangi bareng Cumi. "
Subhanallah...  Engkau memang maha kuasa dari segalanya gak pernah sekalipun mengabaikan Janji-janjiMu, makasih yaa Rabb..." kata Cumi membathin bersyukur mellihat buah tangan yang lumayan banyak dan seabreg itu. "Oke gue cabut Bos... sampai ketemu besok... Assalamu'alaikum.?". 
"Wa'alikum salam Warrahmatullahi Wabarrakatuh..". Jawab Bejo sambil memandangi kepergian kendaraan yang di kemudikan Cumi, sahabatnya itu...
(BERSAMBUNG)

Bagaimanakah kelanjutan kisah Bejo-Cumi?  Bagiamanakah hubunngan Bejo dengan gadis Facebooknya? Simak kelanjutan cerita serunya di edisi Cerbung selanjutnya... Ingat Hanya di Blogger, Segeraa !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar