Selasa, 22 Mei 2012

KEDAI PUISI

                            Tiga Catatan TentangMU 

 

DI DASAR HATIKU

Bibirmu adalah keranjang yang mengemban semua perjalananku
Merias baju yang kubawa dari seberang
Permukaan tempat mengendapkan erangan dan tangis kebahagiaan
Seperti rangkaian Melati di ranjang pengantin dan keranda mayat

Di dasar hatiku masih terlihat cakarmu
Membekaskan koreng dan nanah
Waskita yang dikabarkan ribuan gagak
Melayang dan menyanyikan nada duka
Goresan yang tak mampu dihapus waktu

Bibirmu yang menyimpan lereng dan tebing
Kembali menjorokkanku ke jurang
Sampai kapankah berpagutan atau terserah langit
Yang memisahkan pelangi dan hujan?
Kita serap tetesnya untuk mengompres
Angkuh dan ego, harga diridan gengsi



ADA EMBUN MENGALIR

Ada embun mengalir dari rambutmu
Ada peluh bergulir dari alismu.
Dan suhu membeku
Melapisi pipi serta hatimu
Bulan menggigil, senyap membungkus Langit
Dengan selimut awan.
Ada burung menyanyikan luka
Ada sungai yang penuh oleh aliran air mata

Ada gerimis membasahi hari-harimu.
Ada hujan membanjiri usiamu.
Kemudian bulan bergeser
Mematahkan jarum-jarum jam.
Seperti jalan raya
Hempasan rambutmu bergerak menyusuri jalan
Lalu setetres embun dingin menetes dari sudut matamu:
Jengkal yang selalu menyimpan semua keyakinan itu


MENYANGGA LANGIT
Langit adalah ruang yang merangkum semua perjalanan.
Aku tak tahu bagaimana mendakinya
Tanpa harus memanjat atau terpelanting terjatuh
Seperti bumi yang menggelar alas tanpa dorongan langit. 
Atau daun menggugurkan diri tanpa hempasan angin yang kencang

Ingatanku masih tersimpan di laci-laci toko
Tersangkut di got-got jalanan
Sepi pengap dan tahun menjalar di leherku
Gulungan awan kemarau yang dilayangkan ke ujung
Hanya kubutuhkan untuk meneduhi hati
Atau harus kupanggil mendung, kupanggil petir untuk bunuh diri

Kini silaukanlah aku terik mentari dan halilintar yang keras
Ingin kusangga langit dengan tumpukan kertas yang sudah memburam
Atau kutendang semua dewa dan kuledakkan bumi
Debu beterbangan dan udara dipenuhi aroma Mani
Pohon-pohon pun mengejang dan terbang ke langit.
Antara kita adalah sebuah Singgasana diam yang mencekam.


Penggalan Kisah Sore

Lemparan Koin dan Batu Pencari Perhatian






tentang seorang mandor bangunan yang bernama Udin, hmmm atau kira kira demikian mandor tersebut dipanggil.
Sang mandor udin ini sedang mengerjakan suatu proyek bangunan gedung bertingkat. Dan Udin sedang berada di lantai 3 mengamati gambar proyek dan hasil kerja para kuli bangunannya. 
Kemudian sang mandor Udin ini hendak menyampaikan suatu pesan penting perihal hasil kerja pembangunan gedung tersebut kepada salah seorang kuli bangunannya yang sedang berada di lantai bawah. Karena sang mandor Udin sedang enggan turun ke bawah untuk menemui langsung kuli bangunannya, maka si mandor ini pun memanggil-manggil kuli tersebut dengan harapan agar panggilannya di dengar dan dia dapat langsung menyampaikan pesan penting pada kuli bangunannya itu.
Namun ternyata meski Udin sudah berteriak-teriak dengan lantang memanggil kuli bangunan itu, oleh karena suasana proyek sangat ramai maka kuli bangunan itu sama sekali tidak menggubris panggilan Udin.
Lalu, Udin pun mencari cara agar mendapat perhatian kuli bangunannya itu. Udin melemparkan uang logam kepada Kuli bangunannya dengan harapan kuli terssebut segera sadar dan menengok ke atas melihat udin yang hendak menyampaiakan pesan penting pada kuli itu. Uang logam dilempar hingga beberapa kali, namun ternyata kuli bangunan itu massih asyik dengan pekerjaan mengaduk semen dan sedikit pun tak menggubris lemparan uang logam Udin.
      
 
Tak kurang akal, Udin pun melemparkan beberapa batu yang ia temukan pada si kuli bangunan itu. Batu itu pun mengenai si kuli bangunan. sambil mengerang kesakitan akhirnya si kuli bangunan pun tersadar dan menoleh ke atas melihat si mandor Udin yang kembali melempar sebuah batu padanya. Si kuli bangunan berteriak agar udin menghentikan melemparinya batu. Setelah Udin melihat si kuli bangunan sudah menoleh padanya, maka Udin pun meneriakkan pesan penting yang ditujukan pada kuli bangunan itu.
Demikianlah kawan, hampir serupa dengan kisah kehidupan kita yang seringkali tak rungu, tak acuh dengan pesan – pesan yang berusaha disampaikan oleh Tuhan pada kita. Seringkali kita asyik dengan kesibukan kita sendiri dan lalai bahwa Tuhan sedang ingin menyampaikan sesuatu yang penting. Bisa jadi, Tuhan sedang melemparkan koin logam berupa keberlimpahan/rejeki/kekayaan agar kita mendekatkan diri pada Tuhan karena Dia hendak membuat kita belajar sesuatu.
Atau, bisa jadi Tuhan sedang melemparkan batu pada kita berupa ujian penderitaan/kesusahan/kesedihan dengan maksud yang serupa pula, agar kita bersedia untuk sejenak berhenti dari kesibukan duniawi dan mendengarkan pesan yang hendak disampaikan Tuhan pada kita untuk bekal kita membangun kehidupan kita.
Nah, coba sejenak kita merenung apa yang sedang terjadi pada kehidupan kita, mungkin kita melewatkan pesan yang hendak Tuhan sampaikan pada kita. Mungkin saja Tuhan sedang mencari perhatian kita…. ^_____^
Meski demikian, apapun yang sedang terjadi kawan, tetap lah bersyukur… karena sore ini masih bisa bertemu temam/kawan/saudara/keluarga ataupun orang orang terkasih disekitar kita.. entah kapan kesempatan ini berakhir, untuk itu terus bersyukurlah, bersyukurlah, bersyukurlah… karena dengan demikian, rahmat dan karunia Nya menjadi lebih jelas terlihat & terasa.
Sambil merenung & bersyukur,,, coba dengarkan lagu ini deh ^____^   




 *Penulis adalah pemerhati sosial

Senin, 21 Mei 2012

                               KABEL YANG PUTUS

 

Gelap menggenangi tiap jengkal
Ruang
Kabut menyeret bulan. udara
Menyalakan percik asing
Di kamar aku memugar hati
Dan waktu. Lilin meredup

“Ibu, dekap aku ke tubuhmu
Tiupi ubun-ubunku dengan doamu”

Gerimis menderas. dingin menusuk tulang
Angin mengencang, merobohkan pepohonan
Ke jalan
Di kamar aku menarik selimut
Merangsek. nafasku memburu

“Ibu, hatiku menggigil rindu
Lipat aku di ketiakmu”

Sepi mengedap ke dinding petang
Kabut menutupi malam. langit memucat
Biru
Hujan membius. pintu-pintu di kunci rapat
Dan di luar semuanya melenyap
Di rumah orang-orang bertamu
Ke kehidupannya sendiri-sendiri

Senin, 14 Mei 2012

Catatan Cinta Sang Blogger


“ Sahabat Dalam Satu Pilihan ”  By. Jibril Dermayou





"Tak terasa tahun ketiga akan aku arungi masa renangi buah citaku dalam gapaian angan. Saat ini merupakan gapaian hari yang sangat singkat untuk meniti waktu yang kian mengikis. Ya mengikis kesempatanku untuk bercerita indah tentang manisnya masa-masa di bangku kuliah ataupun terkikisnya usiakku yang kian hari kian bertambah. Kini aku harus terus mawas sembari menatap hari esok dengan mantap, meskipun aku rasa tak mampu lagi menapaki jalan depan dengan kepastian. Terkadang ingin aku kembali mengulangi rute yang dulu aku tapaki bersama perbaikan diri yang dulu tersiakan, namun langkahku kian jauh dan tak mungkin aku kembali... Mengapa dulu aku menyia-nyiakan hari,mengapa aku terlalu cuek memandang senyata diri yang lemah, lemah akan segalanya.ya segalanya.  Mengapa aku harus terombang-ambing bersama kepastian yang belum jelas angan asa tentang dia hanya sebuah ilusi yang sempat aku raih hanya kegamangan dan sakit hati. Andai aku tahu itu hanya 'Duka'  terbungkus 'manisnya kata' mungkin aku takkan berharap-harap sebuah prisai indah antara aku dan dia. Adalah kau sahabatku yang telah menggoreskan luka di atas luka... Dengan teganya kau merampas segala kebahagiaan dan impianku. kau rebut dia dari tanganku, bukankah kaupun tahu kalau Dia itu......." Tak kuasa lagi Lyana melanjutkan kata-katanya, seakan kembali perasaannya digelayuti beban rasa yang tak kuasa ia tanggung.."Kaubagaikan pagar yang makan tanaman... sungguh tak pernah aku menduga..." Nada sendu almarhum Ayah Megy Z pun kembali muncul menyeruak dalam ingatan Lyana (loh kok dangdut sih?. Kan ceritanya lagi ber-'tangis Bombay', wajar toh kalo pake sedikit Jempol bergoyang dangdut, so Bollywood banget gitu loh. Grrrr jangan banyak protes ya. Hihihi). Lyana hanya bisa menangis di atas pembaringan..kepada siapa ia harus mengadu dan berkeluh kesah, pikirnya. Sementara dia Imelda sahabatnya yang ia percaya sebagai tempatnya berbagi cerita dan berkeluh kesah telah menghianatinya. Duuh Gusti Allah Pangeran Abdi... rintih suara hati Lyana kuat membathin.  Bersama isak tangisnya yang nyaris tak terhenti. Air matanyapun kini menggenangi tempat peraduannya alias melukis pulau dengan air matanya di seprei tempat tidurnya. (uniik gak tuh, hihihi). Kidung 'Menangis Semalam' miliknya Audi-pun ikut menghantarkan Lyana kedalam hangatnya pelukan sang malam alias zzzz tertidur pulas... Angan asanya terbang ke Nirwana dan membawanya kesuatu tempat,


"Ya kita mulai dari hitunga satu lagi, kedua tangan... kiri dan kanan semuanya di pinggang... sekarang pinggul mulai di goyang ya gitu, kekiri dan kekanan.. satu, dua, tiga, empat....!" Suara lantang terdengar seorang ibu instruktur olahraga yang pagi itu sedang membimbing ibu-ibu dari Persit Kartika Chandra di sebuah halaman kongsi Markas TNI AD di lingkungan KODAM III Siliwangi Bandung. Dari kejauhan pula samar-samar tedengar derap langkah prajurit yang sedang berlatih baris-berbaris dengan sesekali disertai yel-yel kekompakan regu. Bisa jadi kalo rombongan pasukan itu prajurit junior Tamtama yang sedang mendapatkan pelatihan khusus dari para seniornya. Sementara itu dari balik pagar terali kawat besi berduri markas TNI AD itu tampak seorang anak laki-laki kira-kira baru berusia 13 tahunan, berdiri tegak sambil memandang kedalam asrama merasa takjub.  Anak laki-laki itu Fredy Budianto namanya. Tatap matanya masih terlihat pada sebuah bangunan permanen dimana didalamnya terdapat segerombolan pria berseragam loreng-loreng yang sedang asyik bercengkerama dengan teman-temannya. Pandangan Fredy kian lekat saja tak lepas dari seorang laki-laki yang sesekali tersenyum padanya. "Frediii....!"sapanya dari belakang, sambil pundak Fredy di peganginya. "Sedang melihat apa, De?" tanyanya lagi sambil menatap Fredy kuat dan sesekali turut pula melihat apa yang sedang Fredy lihat. "Ooo itu, kamu bener-benar ingin jadi tentara ya kalo udah besar nanti... sebuah cita-cita yang bagus... tapi kamu juga harus tau De.. meskipun kelihatannya Gagah menjadi seorang tentara itu penuh dengan duka dan tantangan, jadi tentara itu cape loh De, coba aja kalo gak lagi tugas tiap pagi, siang bahkan sampai malam harus terus berlatih fisik agar tidak loyo, (kan gak TNI banget masa harus Loyo sih...hihihi). Dan tidak itu saja apabila suatu saat di pindah tugaskan di daerah konflik harus siap lahir batin, siaga selalu dan tahan banting...Gak boleh gak dan konsekuensinya kamu harus jauh meninnggalkan orang-orang yang kamu sayangi ya Pacar, teman-teman kamu serta keluargamu di rumah. Meski jaminan untuk bisa kembali lagi dengan selamat bertemu keluarga dan orang-orang tersayangmu itu kemungkinannya sangatlah kecil sekali, ya sekecil gaji yang mereka terima dari Negara untuk tiap bulannya.." katanya lagi sambil terus nyerocos memberi penjelasan super lengkap. Sementara Fredy yang mendapat kuliahan gratis tetap diam membisu dan hanya bisa geleng-geleng kepala saja sambil tatap matanya masih tak lepas dari apa yang sedang ia lihat. "Kamu dari tadi keliatan serius banget, lagi liatin apaan sih De?". "Liat Teh, bukankah itu Eteh Imel sama mas Bryan yang sering kerumah kita..?"kata Fredy sambil menunjuk dengan telunjuk jari tangannya nun jauh kearah didepannya. "Haah!! Ya sedang apa Imelda di sana ya?" Tanya gadis disamping fredy itu tambah penasaran, tapi ketika bola matanya sempat beradu pandang , Imel tertunduk malu. Sedangkan pria yang berseragam tentara  yang teramat di kenal Fredy karena sering memberinya permen, coklat ataupun bahkan Martabak telor Bangka yang super jumbo itu untuk ukuran Porsinya. Tatkala mas Loreng itu Fredy sering menyebutnya begitu, beranjang sono kerumahnya. Apalagi kalau bukan ngapelin kakak Ceweknya yang cantik itu.  Bryan Permana nama lengkap cowok tentara itu, ia berbadan tinggi tegap standar ukuran seorang scurity Negeri ini lah. Sopan, supel tampan pula wajahnya. Baik hati, sayang lagi perhatian dengan keluarga Fredy (Tapi rajin menabung nggak ya...hihihi). juga termasuk pula tentu dengan Lyana ,kakaknya...(ehmm la iyalah kan lagi ada ....nya). Sesekali Bryan melambaikan tangannya kepada Fredy dan Lyana... lamat-lamat terdengar teriakannya, "Dadah Lya, selamat pagi n' selamat tinggal...!" katanya sementara tangannya tak lepas memeluk Imelda dengan mesra.Sedangkan Imelda masih saja terlihat tersipu malu, batinnya terus bergejolak, "Ma'afkan aku Lya, bukan aku bermaksud..." Hati Imel membathin. Tak kuasa melihat pemandangan di depan matanya itu Lyana langsung cabut berlari meninggalkan Fredy adiknya yang masih menatap Imelda dan Bryan. Lalu... "Jebrettt, debrukkk, Crieeetzz...!!" sebuah kendaraan Colt Diesel  pengangkut sayuran mengerem mendadak dan menabrak Lyana, Lyanapun terpental jauh dan teberguling-guling di pinggir jalan. Melihat keadaan itu Fredy kalap berlarian menjemput kakaknya. Dan bersama Supir mobil dan Mbak bakul sayur berusaha keras menyadarkan, membangunkan Lyana. "Teteh Lya, bangun dong teh!" . "Iya Lyanaa sayang bangun doong..!" terdengar lamat-lamat samar di telinga Lyana suara Mamah dan Papahnya dengan nada begitu khawatir. "Ehmmm aku dimana ini ?" Tanya Lyana ketika baru sadar dari pingsannya. Eh tidurnya, tadi ceritanya Lyana lagi mimpi tuh... "Hihihi...teteh Lyana Mimpi naon sih, masa orang sare sampe jauh dari tempat tidur..hihihi lucu pisan?" Tanya Fredy seneng liat mbaknya siuman sambil sedikit menggoda kakaknya yang cantik itu. "Haah mimpi..?" Tanya Lyana lagi di sambut gelak tawa Fredy adiknya dan kedua ortunya. Heh syukurlah kejadian barusan tadi hanya mimpi kalau tidak, hihihi gak mau deh sepanjang hidup aku ngalamin kejadian tadi, pikir Lyana lega.


Enam bulan kemudian...

"Maah !!!" ."Iya ada apa sayang?". "Lyana hoyong nyusul  Papah aja... bolehkan Mah, Lya udah gak kuat lagi  Mah...!" kata Lyana ketika merasakan sakit luar biasa  menyerang tubuhnya.Semenjak terputusnya hubungan Lyana dengan  Bryan kekasihnya yang tentara itu. Akibat dari kehadiran pihak ketiga yakni sahabatnya sendiri, Imelda. Bawaan keseharian Lyana berubah drastis Lyana menjadi sosok gadis yang perenung plus pemurung, pendian dan penyendiri apalagi kira-kira satu bulan yang lewat, yang konon papah tercintanya telah kembali lebih dulu kepangkuan sang pencipta, hal ini bertambah lengkaplah sudah deretan derita seorang gadis bernama Lyana. Dia makin terpuruk dalam lamunan panjangnya. Dari sikap Lyana yang konyol itu, Lyana yang jarang makan dan kebanyakan hanyut dalam kesedihan memaksa dirinya harus terbaring di salah satu kamar Rumah Sakit Permata Hati, akibat terserang penyakit Tyfuss.
Sehari-harinya di rumah sakit sambil menunggu kesembuhannya,  Lyana habiskan waktunya untuk berbagi cerita pada teman-temannya di Facebook... atau juga hanya sekedar ber-say hallo dengan kenalan barunya di dunia maya Facebook sebuah jejaring sosial ajangnya gaul masa kini.  Seperti siang itu wajah Lyana terlihat sumringah ketika mengomentari salah satu catatan teman facebooknya, saat itu ia membaca sebuah tulisan Romansa membiru yang di tulis Bimo Wardana. "Akkhi bikin terharu saja...ini Lyana banget..." tulisnya di kolom komentar. "Ohya alhamdulillah deh kalo gitu.. tapi maafin Akhi ya Ukhti, kalo bikin hati Ukhti terharu inget sama.... Tapi ntar juga banyak tulisan gaul abis yang insya Allah positif untuk peneguh hati. Ukhti do'ain akhi biar terus di kasih kesehatan sama Allah agar bisa terus menulis, makasih ya tuk Apresiasinya..!?"Jawab Bimo masih di kolom Komentar. "Di tunggu catatan terbarunya ya... D-I   T-U-N-G-G-U banget, ukhti sibukkah?" Tanya Lyana lagi. Tapi karena emang Bimo lagi banyak gawean ia belum sempat menjawab pertanyaan itu. Sampai tulisan–tulisan berikutnya yang Bimo tulis hadir turut meramaikan ajang gaul di catatannya di sebuah  wall Facebook.

Sore itu disela-sela menjelang berbuka puasa, hp Bimo bunyi melantunkan sebuah kidung 'Manusia biasa' milik Duo Voice  Nino n' Nuno.Mengagetkan Bimo yang tengah asyik menikmati bacaan sebuah buku religi dikamarnya. "A'a...setelah buka puasa nanti tolong hubungi Dede ya!" pinta SMS itu. Akhirnya selesai berbuka dan shalat maghrib Bimo hubungi jua nomor itu yang tidak lain milik Lyana, adik manis facebooknya yang sering membuat hati Bimo jengkel tujuh keliling kalo di hubungi selalu saja di rejek ataupun "Maaf nomor yang anda hubungi sedang dialihkan, silahkan tinggalkan pesan... apa saja deh asal jangan pesan makanan seperti kurma atau kolek pisang misalnya menu buat tajil berbuka puasa. Soalnya gak ada yang buat dan susah ngirimnya... hihihi"  kata opertor bebodornya salah satu provieder memberi penjelasan Gokil abizz. (kata Zaenal Tuyung sih bilang,Tammbahaaan....!! Hehehe). Terkadang jengkel itu berubah jadi rasa sayang dan benci itu pula menjadi rindu...itu tandanya apa yah? tau ah Ngelap eh Gelaap ya Rin, konsletingnya kebuka sih. Hahaha, untung burungnya gak terbang ya Rin?...Iiiidiiih gak mau ah ntar ada yang bangun lagi, kata Maya Cinta dalam komentarnya Ingin menjeriiiit.
"Nyuruh aku ngubungin kamu ada apa sih De?". "A'a makasih ya buat tulisannya, Lyana udah baca sampai bagian terakhir catatan itu, tapi kenapa di Special thanks-nya nama Lya, kok jadi Lyana Sunanto.. iih malu-maluin aja.." kata Lyana sedikit protes. "Bukankah kamu seneng De kalo nama yayang kamu dicantumin, abis aku baca di profil kamu namanya itu jadi, Lyana Sunanto,ya udah gue tulis gitu apa adanya.." . " hehehe iya deh gak apa-apa..". "Duuh senengnya Ibu DAN Alas Roban petang ini, udah resmi jadian nih?" kata Bimo menggoda hanya terdengar gelak tawa dari seberang sana.
Ohya pasti temen facebooker belum tau siapa itu Sunanto.Konon menurut sumber yang mungkin dapat di percaya nama lengkapnya Agung Sunanto putra Madiun asli yang merupakan pacar barunya Lyana. Dia juga menurut sumber tadi, ehemm kakak seniornya Bryan dikesatuannya TNI AD. Mungkin juga Lyana merasa sreg dan terhibur dengan kehadirannya yang mengisi hari-harinya menggantikan Bryan di hatinya.  Meskipun konon menurut Lyana sudah menemukan pengganti tambatan hatinya, Calon ibu Fsikolog ahli kejiwaan ini mengaku teramat sullit untuk melupakan sosok makhluk keren yang berlabel Bryan,baginya Bryan sudah menjadi cinta matinya mungkin kalo nanti di madupun Lyana mau tuh. (tapi maaf seorang TNI gak boleh punya istri dua bisa-bisa kena Disipilioner ama atasannya alias PHK, hihihi).  Segalanya yang ada pada diri Bryan menurutnya Perfecto nyaris sempurnano.
Seperti malam itu Lyana mengontek Bimo dan banyak bercerita tentang Bryan dan Imelda sahabatnya itu. Mengapa dia hanya mau berbagi cerita masalahnya hanya sama Bimo, mungkin karena menurutnya lagi hanya Bimo yang paling mau mengerti keadaannya saat ini. Apalagi konon, menurutnya lagi Bimo bagai sosok figure yang dapat menggantikan keberadaan Papahnya yang telah tiada, begitu menurut pandangan kaca mata Capung milik Lyana (tapi bukan berarti Bimo mo dijodohin ama Mamahnya Lyana kan, ya nggak, bener gak Ly? Gak-gak-gak ).

"A' tadi Mamah telpon memberi kabar kalo Mas Bryan ama Imelda mau married...". "Ya terus kalo mereka jadian menikah emang kenapa?" Tanya Bimo lagi pura-pura kagak Ngerti. "Sakit hati ini, kak sakiiit sekalii..!"katanya lagi mulai terdengar isak tangisnya mulai meledak kaya petasan cabe bulan puasa, cetar-ceter.. "Pokoknya kalo Imel jadi nikah sama Bryan aku gak ikhlas, gak ridha kak!" Bimo tertawa kecil, dalam hati. Ceritanya Lyana belum menerima alias belum ikhlas melepas Bryan untuk Imelda sahabatnya. Bimo paham dengan sikap manja dan terkadang emang egois yang di maksud. Lyana Jeoulus alias Cemburit eh cemburu berat.  Akhirnya Bimopun meanganjurkan Lyana beristighfar dan memberikan beberapa pertanyaan pilihan ke Lyana. "Dede pilih mana kebahagiaan semu atau kebahagiaan abadi?" . "Ya kebahagiaan abadi." Jawab Lyana di sela-sela isak tangisnya. "Ade memilih ketenangan atau kegundahan?" Tanya Bimo lagi. "Ketenangan dong!" jawabnya lagi masih diselingi suara tangisnya meskipun mulai terdengar mereda. "Dede pilih Kebaikan atau kejahatan, pilih pahala atau dosa?". "Ya pilih kebaikan beserta pahalanya juga.."jawab Lyana lagi. "Kalo begitu Dede memilih jalan lurus ke Syurga..kalo demikian Dede harus ikhlas ridha membiarkan Imelda sahabat Dede menikah dengan Bryan mantan pacar Dede, gimana sepakat dengan ini semua Bu DAN Alas Roban?". "Tapi kenapa harus menikah dengan Sahabat Lyana sih kak...sakiit hati ini, sungguh sakit kak, kakak belum pernah merasakannya sih?" kata Lyana berapi-api manja. "kata siapa aku gak pernah di tinggal Married ama pacar, aku udah pernah 2 kali malah De, yang terakhir itu kejadiannya sama seperti Dede. Dia menikah dengan sahabatku, teman seperjuangan di pengajian Suro dulu. Tapi aku ikhlas mungkin dia ditakdirkan bukan jodohku, lagian dunia ini luas De dan lebar tak selebar Daun Kelor (Daun yang pada Zaman perjuangan dulu buat nasi  bungkus, unik banget daunnya kalo pengen liat kaya apa daun kelor itu silahkan anda nongkrong di lesehan sepanjang jalan Grage  Mall Cirebon dan nikmati nasi Jamblang yang khas di bungkus daun kelor...).Inget De, Allah SWT berfirman :"Orang yang bersabar dan mema'afkan, sesungguhnya yang demikian itu suatu hal yang diutamakan.." (QS.Assyura : 43).Udah sekarang jangan menangis lagi, nanti malam shalat Tahajjud, hajat dan istikharah... insya Allah... Allah SWT akan memberi ketenangan dan jalan keluar yang terbaik." Kata Bimo menganjurkan Lyana untuk kian merapat mendekatkan diri kepada sang penciptanya. "Tapi nanti malam gak bisa Dede lagi dapet Kak?". "Ya udah lain waktu juga boleh.." kata Bimo lagi. "A'aa...!". "Iya aku masih disini kok De..ada apa?". "Peluk Dede..dong..!" rengek Lyana Manja. "Iya sini Aku peluk...ehmm." Kata Bimo lagi menuruti keinginan Lyana dan selanjutnya apa yang terjadi, biarlah menjadi kenangan dan rahasia mereka berdua di malam yang cukup dingin itu. (buat temen-temen facebooker jangan ngiri yah, inget loh orang ngiri tandanya tak mampu, hiihiihii).

Sebagai seorang sahabat yang udah lama banget mengenal sahabatnya, sebenarnya Imelda teramat gak tega melihat keadaan sahabat baiknya itu. Ia ingin sekali membagi kebahagiaan itu dengan sahabatnya tapi apalah daya kebahagiaan yang sedang ia rasakan saat ini bukanlah berbentuk barang ataupun benda yang bisa  di potong jadi dua dan di bagi dengan Lyana karena ini masalah hati dan sebuah masa depan kehidupannya kelak, paling setidaknya ia hanya bisa mawas diri bila sedang berdekatan dengan Bryan dihadapan Lyana, sahabatnya.  Ataupun tidak sekalipun menyinggung ataupun bercerita tentang Bryan di depan Lyana yang  menurutnya cukuplah untuk berbagi peduli dan kasih sayang dengan Lyana yang ia kenal semenjak kanak-kanak itu, semenjak ia berdua duduk di bangku SMP dulu banget sampai kini ia sama-sama duduk di bangku kuliahan. Mereka berdua sekarang memang tercatat sebagai mahasiswi di salah satu Universitas di kota kembang Bandung.Tapi tidak bagi Lyana ia tetap menganggap Imelda adalah saingan beratnya, bisa di kata Rival terberatnya mungkin kalo di kilo udah gak ada timbangannya lagi kali kitunya, hehehe. Karena bagaimanapun menurutnya Aku yang mengenal Bryan untuk pertamakalinya dan konon katanya juga udah resmi jadi pacar 'Mas Cepak' itu. Sedangkan Imelda mengenal Bryanpun berawal mula dari perkenalannya yang pelantaranya juga Lyana sendiri. Masalah yang kemudian timbul Bryan terjatuh berpindah hati dari Lyana beralih kompas mencintai Imelda itu sebenarnya kesalahan Bryan yang tak bisa menghargai nilai-nilai sebuah persahabatan mereka berdua. Mengenai apa penyebabnya dan mengapa Bryan sampai hati menyakiti Lyana selingkuh didepan mata Lyana, biarlah cukup mereka berdua yang tau alasannya, apa dan mengapa harus begini begitu, bla-bla-bla... (jadi inget salah satu lirik tembang jawa dari sebuah karya seniman jawa pantura Almarhum Yoyo Suwaryo, yang bercerita tentang Jodoh Jorok, hehehe).
Siang itu Imelda bersilaturrahmi ke tempat Mess Lyana PKL di Malang, yang kebetulan hari itu Lyana sedang istirahat karena terpeleset di kamar mandi akibat kebanyakan 'menangis semalaman' dan terlalu berat memikirkan Bryan dan Imelda hingga kakinya terkilir dan tak bisa beraktivitas seperti biasa. Malah jadi ngerepotin temen-temen sekampusnya bilang saja Sono, soni atau siapalah dia konon sudah dua kali menjatuhkan tubuh Lyana kedalam Got depan Messnya, abis lumayan Bohay sih tuh body Lyana jadi teman-temannya rada kesusahan juga kalo harus menggendong Lyana untuk pergi berobat atau sekedar mengajaknya membeli makanan untuk berbuka puasa.
"Lyana...Ma'afin aku ya Lya...!" kata Imelda yang langsung memeluk Lyana yang sedang sibuk membuka-buka hasil tugas PKL teman-temannya... "bentar-bentar, Imel-Imelda kenapa dan memengapa kamu ada di sini...?" Tanya Lyana sammbil terkaget-kaget benar-benar surprise... "Ma'afin aku Lyana... ya ma'afin.". "Ssst sudahlah Imelku sayang,  hapus dulu air matamu udah cep-cep...!" kata Lyana sambil mengusap air mata sahabatnya. Lyana tak kuasa melihat sahabatnya duduk bersimpuh di hadapannya sambil meneteskan air mata. "Aku memang salah Lya, sudah banyak membuatmu susah, maafin aku... gak ada niatan apapun untuk membuat hatimu sakit dan menderita seperti ini...". "Sudahlah Mel, aku tau semuanya bukankah bentar lagi kamu akan menikah dengan Bryan dan seharusnya kamu senang sayang... sebentar lagi kamu akan berdampingan dengan Bryan, kamu akan jadi Nyonya Bryan..?" kata Lyana kali ini begitu arif. Tapi aku gak mau menyakiti hati kamu lagi Lyana, aku rela membatalkan pernikahan ini demi sahabatku, yaitu kamu Lyana..." "Loh kenapa harus dibatalkan Imelku sayang...Aku udah ikhlas kok kamu menjadi pendamping Bryan, aku hanya titip pesen jaga Bryan untukku ya?" pinta Lyana sambil menatap mata Imelda lekat dan dalam. "Tapi..." "Husss, sudahlah aku ikhlas kok sayang....Aku tahu kita memang terjatuh dalam satu pilihan dan itu tak mungkin kita bagi dua meskipun kita bersahabat...." Kata Lyana sambil kembali memeluk sahabatnya Imelda erat-ert dan mereka berduapun terbuai dengan tangis sisa semalam yang belum usai.

Lyana Teruntuk sahabatku Imelda kshan km jauh" dri bndung dtng ksni hnya untk mnta maaf pd Lya??tenang ja Lya ga pa"
dia itu jdoh mulaki"yg dl ada dlm hatiku sbntar lg akn jdsuami mu...
...Ila hrap prsaudraan qt jgn pecah gra"hal ini
Lya cmn ti"p psan pd calon suami mujgn minta maaf sma Lya!mnta maaplah sma ke 2 orngtua dan kluarga Lya.krna mrka yg kecewa n tersakiti
Doa restu ku ada untk kebahagiaan klian.

Bimo Siiiplah!!ini baru Lyla namaY, yg tegar dn punya hati.. willy, aQ bangga pisan. aQ jd tmbh syg... jgn lupa ntar mLm y?
Kamispukul 13:32 · SukaTidak Suka · suka

Balas Bimo bangga membaca status Lyana yang mulai tegar menerima kenyataan itu.Sambil mendesah panjang Bimo menutup laptopnya dan berlalu sambil bersiul dan menyanyi... "Selamat tinggal masa Lalu aku akan melangkan, maafkanlah segala yang telah aku lakukan padamu...." TAMMAT

SISWA MAN BABAKAN CIWARINGIN WAJIB MENGHAFAL QURAN




Program menghafal Al-Qur’an bagi siswa MAN Babakan Ciwaringin merupakan muatan kurikulum keunggulan lokal. Setiap siswa MAN Babakan Ciwaringin diwajibkan menghafal Al-Qur’an, Siswa tahun pertama (di kelas X) wajib menghafal Juz amma, Siswa di tahun kedua (di kelas XI) wajib menghafal surat Yaasin, dan Siswa di tahun ke tiga (Kelas XII) wajib menghafal Surat Waqiah.
Proses pembinaan hafalan dilakukan secara integrasi dalam mata peajaran Al-Qur’an Hadits, sedangkan penilaian hafalan dilakukan dua kali dalam satu tahun yaitu Munaqosah tahap I pada saat menjelang ulangan semester dan munaqosah tahap 2 pada saat  menjelang ulangan kenaikan/ujian. Hasil penilaian/munaqosah  dilaporkan kepada orang tua dan siswa yang lulus munaqosah tahap 2 setiap jenjang berhak mendapatkan sertifikat lulus munaqosah.
Menurut Kepala MAN Babakan Ciwaringin Drs. H. Kumaedi, M.Pd. program hafalan qur’an sebagai upaya madrasah dalam menguatkan pencapaian tujuan pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan. Insya Allah setelah siswa lulus dari MAN Babakan Ciwaringin, hafalan quran yang dimiliki siswa akan bermanfaat baik untuk dirinya, orang tua dan masyarakat pada umumnya. Menjelang akhir tahun pelajaran 2010/2011 digelar kegiatan eksplorasi dan apresiasi tahhfidz quran siswa/siswi MAN Babakan Ciwaringin. Menurut Drs. KH. Badawi Murai , M.Ag. selaku Koordinator kegiatan/ Ketua Program Keagamaan, bahwa kegiatan bacaan hafalan (SEMAAN dalam bahasa Pesantren) dilaksanakan selama dua hari pada tanggal 28 dan 29 April 2011 mulai pukul 08.00 WIB s.d 12.30 WIB, kegiatan ini bertujuan menemukan penghafal-penghafal quran di kalangan siswa/siswi sekaligus membudayakan hafalan quran di MAN Babakan Ciwaringin. Dari kegiatan ini ternyata ada siswa/siswi MAN Babakan Ciwaringin yang sudah hafal quran melebihi target pencapaian muatan kurikulum keunggulan lokal. Binti Zulfah (hafal 30 Juz), Arif Musadaf (hafal 19 Juz), Nida Hanifah (13 Juz), Essa Umi Holifatul (hafal 10 Juz), Robiatul Adawiyah (hafal 10 Juz), Mohammad An’im (hafal 7 juz), Aulia Rahman Nazar (hafal 6 Juz), Atun Nurjannah (hafal 5 Juz), M. Aqil Husain (hafal 5 Juz), Dakwatul Walidah (Juz 3 Juz), Naelul Afwa (hafal 3 Juz), Cucu Nurcahyanti (hafal 2 Juz), Wasliyah (hafal 2 Juz), Mubarok (hafal 2 Juz),.
MAN BabakanCiwaringin yang bervisi mewujudkan individu yang bermartabat dalam intelektual, emosional dan spiritual berusaha keras untuk lebih eksis dalam peningkatan mutu pendidikan. Dengan program hafalan quran, pembinaan keagamaan siswa  lebih massiv dan memperkuat kegiatan praktek ibadah/ praktek dakwah siswa. Kegiatan praktek ibadah siswa menuntut siswa berkemampuan dan terbiasa melakukan sholat fardhu berjamaah, sholat dhuha, sholat mutlak, sholat hajat, sholat jama’ dan sholat qoshor, munakahat, proses akta hibah, akte wakaf dan akte yayasan, pengrusan jenazah, penyembelihan hewan halal, khutbah jumat dan teknik pendirian lembaga TPA/TKA. Kegiatan ekstrakurikuler unggulan bidang keagaamaan terdiri dari Seni Kaligrafi, Seni Qiroat Quran dan Majelis Bimbingan Dakwah yang dibimbing oleh Drs. Permana M. Nur setiap tahun melaksanakan Bhakti Sosial ke beberapa daerah dengan kegiatan ceramah agama di musholla-musholla, bimbingan manajemen TPA/TKA, dan bimbingan baca tulis Quran. Semoga ilmunya Bermanfaat....

Minggu, 13 Mei 2012

Perjuangan Kaum Sarungan Untuk Kemerdekaan

Cirebon, kota kecil yang terletak di bagian Timur Jawa Barat, hingga kini, dikenal sebagai salah satu kota ’santri’ di negeri ini, tentu selain Demak, Pekalongan, Kediri, dan beberapa kota lain di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ini bukan tidak beralasan atau sekedar julukan. Sedikitnya ada beberapa indikator bisa dikemukakan, diantaranya; Pertama, sejarah kota dan atau kabupaten Cirebon menunjukkan kaitan eratnya dengan sejarah dan budaya kaum santri. Dimana  kota ini pernah jadi salah satu area Islamisisasi dari gerakan dakwah kultural Wali Songo. Sunan Gunung Djati atau yang dikenal juga dengan Syarif Hidayatullah hadir di Cirebon sebagai pendakwah Islam kultural yang simpatik. Keberadaan Sang Sunan ini selain juga merupakan bagian dari Islamisasi Jawa ala Wali Songo, juga merupakan bagian dari perjalanan membesarkan kerajaan Cirebon masa lampau. Untuk menghormati jasa-jasa Sang Sunan, hingga kini masyarakat Cirebon dan kaum santri pada umumnya ’rajin’ menziarahi pesarean (maqbarah) Sang Sunan, atau setidaknya mengingat wasiatnya yang sangat populis, ”Insun titip tajug lan fakir miskin” (saya titip mushalla dan fakir miskin).

Kedua, banyaknya pesantren di kota dan kabupaten Cirebon. Di Cirebon bagian Timur terdapat ‘kampung pesantren’ Buntet, sebuah kompleks pesantren yang berlokasi di desa Mertapada Kulon. Tidak jauh dari situ, terdapat pesantren Gedongan yang berlokasi di desa Ender. Sementara di wilayah Cirebon Barat bagian Selatan terdapat ‘kampung pesantren’ Babakan Ciwaringin. Di wilayah Cirebon Barat bagian Utara terdapat pesantren Dar Al-Tauhid di desa Arjawinangun, dan pesantren Al-Anwariyah di desa Tegalgubug. Terbentang di antara di antara wilayah Barat bagian Utara dan bagian Selatan, dapat ditemui dua pesantren; pesantren Tahsinul Akhlaq di desa Winong dan ’kampung pesantren’ di desa Kempek Ciwaringin. Ke Selatan sedikit, kita dapat menjumpai pesantren Balerante, Palimanan. Dari Palimanan ke arah Timur, di wilayah Plered, kita juga dapat menjumpai beberapa pesantren. Di Cirebon Kota, juga terdapat banyak pesantren. Sebut saja beberapa diantaranya adalah pesantren Jagasatru, pesantren Istiqomah, dan pesantren Siti Fatimah. Di bagian lain dari Kota Cirebon terdapat pesantren Benda Kerep. Nama-nama dan lokasi pesantren itu hanya sebagian dari yang ada, masih banyak nama dan lokasi pesantren yang sesungguhnya belum disebutkan.

Bukan hanya itu, fakta sejarah membuktikan, bahwa kaum santri Cirebon juga berpartisipasi aktif dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa ini. Di kampung kelahiran saya, desa Ujungsemi kecamatan Kaliwedi kabupaten Cirebon, terdapat makam pahlawan. Pemerintah setempat menziarahinya setiap hari pahlawan atau hari kemerdekaan RI. Ratusan pahlawan yang gugur dan dikebumikan di situ adalah kaum santri, alias pejuang-pejuang Islam yang terdiri dari kyai-santri yang saling bahu membahu mengusir penjajah. Mereka membela tanah air meski harus bersimbah darah dan kehilangan nyawa.
Ketika saya duduk di bangku sekolah dasar (SD), saya ingat betul, ada orang yang sangat dihormati penduduk kampung. Karena selain dikenal sebagai ahli agama, beliau juga dikenal sebagai salah satu pejuang kemerdekaan yang tersisa. Penduduk memanggilnya Kyai Nurin. Yah Kyai Nurin yang dikenal kebal peluru dan salah seorang santri Kyai Syathori Arjawinangun.

Ketika saya menimba ilmu di pesantren Babakan Ciwaringin, diceritakan oleh para ustadz, bahwa pendiri kampung pesantren Babakan, Kyai Jatira, adalah juga seorang pejuang anti Belanda. ”Seandainya bukan karena perjuangan Kyai Jatira, pesantren Babakan Ciwaringin ini tidak akan ada” kata seorang ustadz di pesantren tempat saya belajar, Assalafie. Perjuangan Kyai Jatira ini terutama pertentangannya terhadap kebijakan penjajah dalam membangun jalan yang akan mengganggu pesantren.  Beliau dengan berani memindahkan ’patok’ penanda pembangunan jalan ke sebelah utara, sehingga tidak mengganggu pesantren. Kaum penjajahpun terkecoh karenanya.

Tidak jauh dari situ, bergeser ke Barat dan Selatan dari Babakan Ciwaringin, ada desa Kedondong kecamatan Susukan, yang juga bertetangga dengan desa Gintung kecamatan Ciwaringin. Dari desa ini ada cerita heroik perjuangan kaum santri melawan penjajah, yang dikenal dengan ’Perang Kedondong’. Dalam perang ini, dengan dipimpin Pangeran Matangaji, kaum santri bahu membahu melawan penjajah. Pangeran Matangaji sendiri adalah keluarga kraton Cirebon (Kasepuhan) yang turun tangan memimpin masyarakat memimpin perlawanan terhadap kolonial. Dalam peperangan ini kaum santri berperang sampai titik darah penghabisan. Banyak kalangan santri yang meninggal. Sementara pangeran Matangaji, menyelematkan diri. Ada yang menyatakan beliau kemudian meninggal di sebuah desa, yang sekarang dikenal sebagai desa Matangaji, Sumber.

Di desa Gintung, sebelah desa Kedondong ada tanah lapang. Penduduk setempat menyebutnya Blambangan. Di tempat inilah kaum santri banyak terbunuh dalam perang kedondong. Beberapa memang selamat, seperti Kyai Abdullah dari Lontang Jaya, kakek Kyai Syathori Arjawinangun. Ada juga yang menyatakan bahwa selain kyai Abdullah, Kyai Jaitra Babakan Ciwaringin dan Kyai Idris dari Kempek Ciwaringin, turut pula dalam peperangan ini. Mereka berdua juga termasuk kyai yang selamat dari senjata kaum penjajah.

Sementara itu Kyai Syatori, pendiri pesantren Arjawinangun, bersama Kyai Abbas Buntet dan Kyai Sonhaji Indramayu beserta beberapa kyai lainnya, berpartisipasi aktif dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI, dari agresi Belanda. Saat itu Kyai Saythori Arjawinangun, Kyai Abbas Buntet dan beberapa kyai lain pergi ke Jawa Timur memenuhi panggilan Kyai Hasyim Asy’ari untuk dimintai pandangan soal mempertahankan tanah air dari serangan agressi Belanda. Perundingan ditunda sampai rombongan kyai Cirebon hadir. Perundingan itulah kemudian yang dijadikan dasar oleh Bung Karno untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda.

Pesantren Buntet sendiri adalah kampung pesantren yang sejak awal didirikan dengan sikap kritis terhadap segala bentuk penjajahan. Pendiri pesantren Buntet, Mbah Muqayyim, dikenal sebagai seorang yang anti kolonialisme, dan tidak mengenal kompromi sedikitpun dengan Belanda. Sikap kerasnya ini pula, yang membuatnya keluar dari lingkungan Kraton Cirebon (Kasepuhan) untuk kemudian membangun basis kekuatan rakyat melalui pendidikan agama (pesantren).

Untuk kepentingan ini, kemudian di pesantren Buntet juga dikembangkan ilmu kanuragan, tentu disamping ilmu-ilmu yang utama, ilmu-ilmu agama. Kyai Abbas, pada masanya, selain dikenal sebagai ahli agama, beliau juga dikenal sebagai guru silat yang cukup mumpuni. Memang, di beberapa pesantren tradisional di Cirebon, ilmu-ilmu kanuragan (kesaktian) ini kerap pula diajarkan. Entah itu sengaja, secara terkurikulum dan bertahap, atau sekedar sebagai hadiah dari Kyai kepada santrinya yang telah menghatamkan (menyelesaikan) kitab-kitab kajian tertentu.

Bahkan pada masa perjuangan kyai-kyai tersebut, di Cirebon dikenal kyai  kanuragan yang merupakan guru kanuragan dari kyai-kyai yang ada di Cirebon. Beliau adalah Kyai Rafi’i dari Kali Tengah, Plered. Pada masanya, kyai-kyai Cirebon tidak akan buru-buru turun mengajarkan ilmu agama di masyarakat sebelum belajar kanuragan kepada beliau.

Saat ini, kiprah kaum santri (kyai-santri) Cirebon bagi bangsa ini tetap tidak bisa diremehkan begitu saja. Cirebon memiliki Kyai Fuad Hasyim (al-marhum), seorang mubaligh kondang dari Buntet. Beliau aktif di Jam’iyyah Nahdlatul Ulama dan gigih mengusung nasionalisme bangsa. Cirebon memiliki Kyai Yahya Masduki (al-marhum) yang dengan gigih menyatakan bahwa persaudaraan sesama anak bangsa dan sesama manusia sama pentingnya dengan persaudaraan sesama muslim. Beliau kyai yang tetap populis, rendah hati, dan tidak berambisi untuk dirinya sendiri.

Cirebon juga memiliki Kyai Syarif Utsman Yahya, yang dengan gigih menyadarkan bangsa akan arti kemerdekaan, nasionalisme, dan arti hidup berbangsa. Atas dasar pandangannya mengenai hak-hak warga negara, beliau dengan berani membela keberadaan Ahamadiyah. Beliau lakukan pernyataan sikap berkali-kali, baik di media lokal, media nasional maupun internasional untuk menyatakan bahwa Ahmadiyah memiliki hak hidup di negeri ini. Beliau terus konsisten melakukan pembelaan ini, meski dikecam oleh beberapa kyai garis keras di Cirebon.

Cirebon juga memiliki Kyai Husein Muhammad, yang dengan gigih memperjuangkan hak-hak perempuan, yang selama ini tertindas. Beliau melakukan ini, bukan sekedar karena ikut-iuktan trend jender, tetapi karena memang Islam mengajarkan kesetaraan dan menolak segala bentuk kezaliman.

Cirebon memiliki kyai dan santri yang luar biasa. Tergantung kita semua, apakah kita akan meneruskan perjuangan kyai-kyai dan guru-guru kita tersebut, atau sebaliknya. Wallahu a’lam bi alshawab.


Tulisan ini diramu dari berbagai sumber, baik pustaka maupun hasil wawancara.
Penulis adalah alumnus pesantren Assalafie Babakan Ciwaringin Cirebon, sekarang aktif di Fahmina Institute dan Lakpesdam NU Cirebon

Perjuangan Santri dan Ulama Ponpes Babakan Ciwaringin Cirebon Dalam Memperjuangkan Kemerdekaan Negeri



Pada 1808, seorang Gubernur Jenderal Willem Herman Daendels (1762-1818) membangun jalan sepanjang 1.000 kilometer yang terbentang dari Anyer, Jawa Barat, sampai Panarukan, Jawa Timur.

Daendels merupakan satu-satunya Gubernur Jenderal yang tidak diangkat Ratu Belanda, melainkan diangkat Maharaja Louis Bonaparte, adik kandung Napoleon Bonaparte, untuk memegang kekuasaan di Jawa. Waktu itu, Belanda berada di bawah kekuasaan Perancis. Dan, Napoleon mengangkat adiknya sebagai raja Belanda.

Untuk memperlancar gerak pasukan, Daendels berencana membangun “jalan raya pos” yang sekarang lebih dikenal dengan “jalan Daendels”. Ia khawatir sewaktu-waktu Inggris datang menyerang. Dalam membangun mega proyek itu, Daendels menggunakan ‘tangan besi’. Ia memaksa sultan dan bupati untuk mengerahkan ribuan pekerja rodi, tanpa dibayar sepeserpun. Akibatnya, ribuan orang terkapar mati di jalan yang sekarang kita nikmati itu. Setiap ada perlawanan, selalu ditekan dan dibungkam.

Pramoedya Ananta Toer melukiskan pembangunan jalan itu sebagai genosida, pembunuhan masal. Para petani, waktu itu menganggap Daendels sebagai momok menakutkan. Bahkan, orang-orang Belanda di Batavia menyebutnya sebagai pengkhianat karena lebih setia pada Napoleon. Sebagai wujud kesetiaannya itu, ia pernah mengibarkan bendera Perancis di Batavia. Padahal, orang Belanda lebih senang dijajah Inggris ketimbang Perancis.

Kisah Daendels berakhir setelah jabatannya dicopot pada 1811. Jalan yang disebut Daendels La Grande Route itu merekam sejarah kelam yang mengendap dalam ingatan kolektif bangsa ini. Namun, bagi ulama dan santri Pondok Pesantren Babakan, Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat, sejarah Daendeles merupakah sejarah perlawanan, pertentangan, sekaligus kisah heroik.

Kiai Hasanuddin, pendiri pesantren yang dibangun pada 1715 itu, adalah salah seorang pahlawan yang lantang melakukan perlawanan terhadap kebijakan Daendels. Hasanuddin, atau lebih dikenal dengan Kiai Jatira, bersama masyarakat dan santri-santrinya, memindah patok-patok pengukur jalan agar tidak mengenai tanah masyarakat dan pesantren yang dirintisnya.

Bagi Kiai Jatira, Daendels tidak hanya mengambil tanah rakyat secara paksa, berupaya menghambat dan membunuh pendidikan, melainkan sudah merenggut hak-hak dan kebebasan rakyat dalam menentukan nasib dan masa depan mereka sendiri. Karena itu, ia bersama para santri dan masyarakat melakukan pembelaan, perlawanan, dan perjuangan untuk mendapatkan kembali hak-hak dan kebebasannya itu.

Waktu itu,  Kiai Jatira dituduh telah melakukan tindakan makar, melawan negara, pemberontak, menghambat pembangunan, dan tuduhan-tuduhan lain yang sengaja dibuat dan diciptakan pemerintah kolonial. Sejatinya, tuduhan-tuduhan tersebut hanyalah “alat pembenaran” untuk melumpuhkan, membungkam, menekan, dan menghentikan perlawanan Kiai Jatira. Namun, meski mendapatkan stereotype seperti itu, Kiai Jatira bersama santri dan masyarakat, tetap berkeyakinan bahwa kebenaran, keadilan, kebebasan, harga diri, dan kedaulatan harus tetap dimiliki dan terus diperjuangkan sampai tetes darah penghabisan.

Neo kolonialisme-imperialisme

Setelah penjajah hengkang dari Nusantara, Pesantren Babakan, Ciwaringin, kembali berurusan dengan “jalan”. Kali ini, terusik oleh rencana pembangunan jalan tol Cikapali (Cikampek-Palimanan)—salah satu mega proyek tol trans-Jawa yang meniru proyek Daendels.

Tentu saja rencana tersebut mendapat penolakan luar biasa dari para ulama, santri, dan masyarakat Cirebon dan sekitarnya. Mereka menggelar demonstrasi besar-besaran  (26/8/2007, 30/11/2007, dan 29/1/2008) menentang proyek yang diperkirakan menghabiskan Rp 4,3 triliun itu. Apalagi trase yang akan dilalui jalan tersebut rencananya akan mengenai tanah pesantren. Darah kepahlawanan yang mengalir dalam tubuh cucu-cucu penerus Kiai Jatira seketika itu mendidih. Api perlawanan kembali dinyalakan.

Kiai, para santri, dan masyarakat meyakini perjuangan mereka saat ini paralel dengan apa yang dilakukan Kiai Jatira dulu ketika melawan Daendeles. Para kiai keberatan karena tanah yang akan dilalui tol adalah tanah ulayat (wasiat/wakaf), yang hanya diperuntukkan untuk pengembangan pesantren ke depan. Di sekelingnya terdapat puluhan lembaga pendidikan dan pondok pesantren yang berbaur dan menyatu dengan pemukiman masyarakat. Keberadaan tol tidak hanya mengganggu proses belajar mengajar, melainkan akan berdampak langsung terhadap kehidupan sosial-budaya masyarakat pesantren, dan menghambat pengembangan pesantren ke depan.

Di samping itu, para kiai dan masyarakat memiliki ikatan emosional dan sejarah yang kuat terhadap tanah tersebut, sehingga tidak mungkin digantikan dengan tanah lain. “...tanah tersebut merupakan amanat leluhur kami agar dijadikan sebagai tempat untuk kepentingan pendidikan,” kata KH Makhtum Hannan, sesepuh dan tokoh kharismatik Pesantren Babakan, Ciwaringin, suatu ketika.

Sejatinya, kalau kita telisik kasus ini lebih dalam lagi, problemnya bukan hanya sebatas tanah, masa depan pendidikan, atau soal setuju/tidak terhadap “pembangunan”, melainkan sudah menyentuh soal hak, kebebasan, dan keadilan. Mereka punya hak dan kebebasan untuk mengolah tanah dan menentukan sendiri masa depan mereka. Penolakan hanyalah salah satu bentuk resistensi masyarakat tradisional terhadap “modernisme” atau “pembangunanisme” yang acapkali merugikan dan tidak berpihak pada mereka.

Dengan dalih “pembangunan”, “untuk kepentingan umum”, atau “meningkatkan perekonomian rakyat”, penguasa seringkali tega merampas dan mengorbankan tanah rakyat, seperti untuk pembangunan jalan layang, jalan tol, plaza dan supermarket, pembangunan waduk, PLTU/PLTN, proyek perkebunan, atau pembangunan tempat-tempat hiburan dan sarana olahraga untuk orang-orang kaya.

Kalau kita mau jujur, sebetulnya siapa yang diuntungkan? Rakyat, penguasa, atau segelintir orang yang memiliki modal besar? Yang jelas, jawabannya bukan rakyat. Rakyat hanyalah “tumbal” pembangunan. Karena itu, kalau memang negara ini punya rakyat, penguasa seharusnya berpihak dan memperjuangkan hak-hak rakyat, menyuarakan kepentingan dan kemauan mereka, dan mengedepankan pembangunan yang pro-rakyat dengan tidak terus menjadikan rakyat sebagai “sesajen” untuk kepentingan pemodal.

Demonstrasi ribuan santri, ulama, mahasiswa dan masyarakat Babakan, Ciwaringin, Cirebon, menolak tol Cikapali memiliki latar belakang sejarah yang panjang. Secara simbolik, mereka sebetulnya sedang melawan kolonialisme-imperialisme baru yang mewujud dalam kekuatan-kekuatan maha besar-negara, pemodal, atau MNC (Multinasional Coorporation)—yang merenggut hak-hak, kebebasan, dan keadilan kaum lemah dan terpinggirkan.

Penulis adalah Ketua Komunitas Seniman Santri, Staf Pengajar pada Pondok Pesantren Babakan, Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat

Jumat, 11 Mei 2012

BENCANA DAN MORAL



Bencana datang silih berganti. Tapi, mengapa mata hati kita untuk introspeksi sepertinya tertutup, bahkan sebagian di antara kita tetap membusungkan dada lantaran bencana itu terjadi karena fenomena alam semata? Kita selalu mengedepankan logika, teori bahkan ramalan. Padahal jika Allah berkehendak, semuanya bisa dijungkar balikan. Anehnya, yang lebih menyedihkan lagi adalah ritual-ritual yg bertentangan dengan Islam bertebaran di mana-mana bersamaan dengan datangnya bencana. Orang minta petunjuk melalui mimpi, yg tak jarang menggunakan media sesajen, kemenyan dan benda-benda yg dianggap kramat.

Kita seolah lupa atau sengaja melupakan diri bahwa kita sebenarnya mempunyai Tuhan yg jelas lebih berkuasa atas segalanya. Betapa sembrononya kita, di tengah rangkaian bencana yg menelan begitu banyak korban, justru bersikap seolah menafikan yg kuasa. Kita seolah tak punya agama.
Kita terlalu angkuh menganggap semua bukan sentilan Tuhan yg sengaja ditampakkan dalam wujud bencana agar manusia kembali ingat kepadaNya, agar kita kembali menyadari atas segala dosa yg diperbuat seyogyanya mensyukuri atas segala nikmat yg telah diberikan- Nya. Kita lalai bahwa manusia diciptakan sebenarnya untuk senantiasa mengaktualisasikan apa-apa yg menjadi kewajibannya, bukan malah menentangNya,"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu"(QS. Adz-Dzariyat:56)

Rasanya sudah cukup kita bercermin bagaimana kaum 'Ad, Tsamud, Nuh kaum-kaum terdahulu dihancurkan dan dimusnahkan. Apa yg menjadikan mereka itu hancur tidak lain karena keserakahan, keangkuhan, kebodohan, bahkan kekerasan hati mereka yg tak percaya akan kekuasaanNya. Seandainya mereka tidak melampaui batas, barangkali bala' yg sedemikian rupa tidak akan turun.
Meski beda masa antara kaum terdahulu dengan sekarang, namun bencana tersebut hampir persis terjadi di negri yg katanya bergelimang dengan kekayaan alam. Di negri ini, moral bangsa sudah sedemikian parah. Para elite yg semestinya bisa dijadikan teladan malah berlomba menumpuk harta meski dengan mengkorupsi kepentingan rakyat, perilaku masyarakat juga kian mengarah kepada dekadensi moral akibat hantaman globalisasi yg membuka lebar-lebar kran permisifisme. Angka kriminalisme menunjukan grafik yg fantastis; mulai dari perampokan, premanisme hingga pembunuhan dengan berbagai modus operandi. Belum lagi kemaksiatan yg merajalela seperti: prostitusi yg terkesan dilegalkan dengan adanya lokalisasi walaupun dalihnya thdak ada lapangan kerja, pelecehan seksual, kekerasan rumah tangga, perempuan serta anakpun terus kita pelototi dengan mata telanjang.

Benar-benar komplit "suguhan" di negeri ini. Tanpa bermaksud menafikan logika, kalau kita mengingat begitu perkasanya Sang Pencipta, sebenarnya terjadinya itu tak terlepas dari carut marutnya moral yg melanda negeri ini. Rasulullah SAW. Pernah bersabda,"Bila perbuatan-perbuatan maksiat ditengah umatku telah nyata, maka Allah akan menimpakan adzabNya kepada mereka secara merata" (HR. Ahmad).

Dengan kondisi seperti ini, bagaimana mungkin mengharapkan suatu keberkahan seperti yg kita idamkan,"baldatun thayyibatun warabbun ghafur"(negeri yg baik dan dirahmati Allah) sementara kita pelit sekali mengungkapkan rasa syukur. Sebaliknya, kita menciptakan situasi yg mengundang murka Allah. Allah SWT. berfirman: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari(nikmatku),sesungguhnya adzabku sangat pedih"(QS.Ibrahim:7)

Karena itu, bila kita senantiasa mengembalikan bahwa semua kejadian alam tersebut merupakan skenario Allah, pandai bersyukur serta memperbaiki mental kita yg compang camping, maka kita pastinya akan terhindar dari adzab Allah yg lebih dahsyat. Sebab tak bisa dipungkiri, ada korelasi antara bencana, moral bangsa dan keberkahan. 



LOKASI PESAWAT JATUH. Foto udara lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 yang diambil menggunakan Helikopter Super Puma TNI AU dengan pilot Mayor Pnb Levi dari Lanud Atang Sanjaya, Bogor di kawasan Gunung Salak, Jawa Barat, Kamis (10/5). Tim Search and Rescue (SAR) udara dari Lanud Atang Sanjaya telah menemukan lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 pada pukul 9.20 WIB, Kamis (10/5) di pinggir tebing kawasan Gunung Salak, Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat. FOTO ANTARA/TNI AU/HO/wsj/Koz/mes/12. ANTARAFOTO


Team Evakuasi Pesawat Sukhoi SARNAS TNI di Lokasi Kecelakaan Gunung Salak Bogor.







                                                         Korban Pesawat Sukhoi

Sekilas Tentang MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon



Dalam perkembangannya sampai sekarang pondok pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon telah berusia lebih dari 200 tahun. Para ulama pengasuh pesantren telah banyak mendirikan lembaga pendidikan, baik yang menggunakan sistem pendidikan pesantren maupun yang menggunakan sistem pendidikan formal seperti; Madrasah Diniyah, Ibtida’iyah, Tsanawiyah, dan Aliyah di bawah binaaan Departemen Agama RI, maupun sekolah umum tingkat dasar, SMP, dan SMA di bawah binaan Departemen Pendidikan Nasional .
Pada tahun 1960 di Babakan Ciwaringin ada lima buah Madrasah

Menggunakan Kurikulum Pesantren
Madrasah Salafiyah (Msy) Diniyah Takmiliyah Awaliyah

Madrasah Salafiyah (Msy) Diniyah Takmiliyah Wustho

Madrasah Salafiyah (Msy) Diniyah Takmiliyah Ulya
Menggunakan Kurikulum Pesantren ditambah Kurikulum Departemen Agama
Madrasah Hikmatus Salafiyah(MHS) Tingkat Ibtida’iyah

Madrasah Hikmatus Salafiyah MHS) Tingkat Tsanawiyah


Atas prakarsa Ketua Yayasan Kesejahtraan Pendidikan Pesantren (YKPP) KH.Moh.Haririe dan KH. Anwar Fathoni, pada tahun 1968 didirikan MHS tingkat Aliyah, dan kurikulumnya disuaikan dengan Kurikulum Departemen Agama RI.

Perkembangan selanjutnya MSS Takmiliyah Wustho dinegerikan menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) dan MSS Takmiliyah Ulya menjadi Sekolah Persiapan IAIN (SPIAIN) yang lulusannya khusus untuk melanjutkan pendidikan ke IAIN.

Memperhatikan perkembangan sistem pendidikan nasional tahun 1970 dan perkembangan sistem pendidikan pesantren serta kebutuhan masyarakat, dan untuk menampung lulusan MTs dan SMP yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi/IAIN, maka YKPP dengan prakarsa KH.Moh.Haririe Sanusi, KH.Anwar Fathoni, KH.Syarif Hud Yahya, KH. Yunus Amin, dan kawan-kawan mengadakan musyawarah bersama para ulama sesepuh pengasuh pesantren Babakan Ciwaringin yang menghasilkan:


  1. Mengusulkan agar MHS tingkat Aliyah dinegerikan

  1. Pesantren Miftahul Muta’allimin Babakan Ciwaringin Cirebon mengajukan usul penegerian MHS tingkat Aliyah dengan (surat No.121/M.A.IX/69 tanggal 12- Oktober 1969)

  1. YKPP sebagai pemeran utama dalam usaha persiapan tersebut memperkuat usulannya dengan surat No.217/J-A/I/70 tanggal 15 Januari 1970 hingga mendapatkan rekomendasi dari Menteri Agama dengan surat No. 202/D.I/70 tanggal 25 Mei 1970.



Dari usaha keras di atas, terbitlah Surat Keputusan Menteri Agama RI No. 73 tahun 1970 tanggal 22 Mei 1970 perihal Penegerian Madrasah Aliyah Alhikamus Salafiyah Pesantren Babakan Ciwaringin Kab. Cirebon menjadi Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri (MAAIN) Babakan Ciwaringin Kab. Cirebon Prop. Jawa Barat. Dan sejak tahun 1978 sesuai dengan SK Menteri Agama RI No.17 tahun 1978 tanggal 16 Maret 1978 MAAIN tersebut mengalami penyederhanaan bentuk dan struktur organisasi persekolahan dan tata kerja Depag RI, MAAIN tersebut berganti nama menjadi MAN Babakan Ciwaringin Kab. Cirebon seiring dengan berlakunya kurikulum Depag RI tahun 1975.

Dalam upaya meningkatkan mutu Madrasah Aliyah, maka melalui SK Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama RI Nomor E.IV/PP.00.6/KEP/17.A/98 tanggal 20 Februari 1998 menyatakan bahwa MAN Babakan Ciwaringin Kab. Cirebon adalah salah satu MAN Model dari 35 MAN Model seluruh Indonesia yang dilengkapi dengan sarana PSBB (Pusat Sumber Belajar Bersama), sehingga diharapkan dapat menjadi MAN percontohan khususnya di wilayah III Cirebon.

Bidang Keuangan (Anggaran Pembiayaan Madrasah)

Anggaran biaya pengelolaan kegiatan Madrasah selama ini bersumber dari :


  1. Dana pemerintah  dalam bentuk DIPA untuk proyek sarana dan untuk biaya rutin. 

  1. Dana bantuan/infaq pendidikan dari orang tua siswa melalui Komite Madrasah.

  1. Bantuan Luar negri



Ketiga sumber dana tersebut masih kurang memadai apabila dibandingkan dengan kebutuhan biaya pengelolaan kegiatan madrasah secara optimal dalam upaya peningkatan kualitas secara keseluruhan.

 

Kondisi Eksternal

Kondisi eksternal di lingkungan MAN Babakan Ciwaringin Cirebon meliputi kondisi lingkungan dan kontribusi masyarakat. Sebagaimana yang telah diuraikan dalam sejarah singkat MAN Babakan Ciwaringin,  kondisi lingkungan MAN Babakan Ciwaringin sangat kondusif untuk belajar, karena berada di lingkungan komplek pondok pesantren  Babakan Ciwaringin Cirebon. Sedangkan partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan Madrasah baru terbatas pada bantuan dana orang tua murid lewat Komite Madrasah.

Kekuatan Faktor Historis Kelembagaan

Dalam melaksanakan strategi pengembangan MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon, perlu dilakukan analisis situasi, baik yang dipandang menguntungkan, atau menjadi kekuatan, maupun  kelemahan, tantangan, dan peluang, serta langkah-langkah strategis yang dilakukan untuk lima tahun ke depan.

Dalam perkembangannya sampai sekarang, MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon memiliki kemajuan yang cukup pesat, baik sarana / prasarananya maupun input dan outputnya yang tersebar di seluruh nusantara. Salah satu faktornya adalah karena secara historis MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon lahir dari pondok pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon yang telah berusia lebih dari 200 tahun. Berkat usaha keras Para ulama dan pengasuh pesantren telah banyak mendirikan lembaga pendidikan baik yang menggunakan sistem pendidikan pesantren maupun yang menggunakan sistem pendidikan formal seperti MAN, sehingga dukungan secara penuh dari lingkungan pesantren dan masyarakat di sekitarnnya sangat baik terhadap pengelolaan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri tersebut.

Sebagai lembaga pendidikan formal negeri di bawah naungan Departemen Agama, MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon memmliki landasan yuridis sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikannya, antara lain:


  1. Keputusan Mentri Agama RI No.73 tahun 1970 tanggal 22 Mei 1970 perihal Penegerian Madrasah Aliyah Alhikamus Salafiyah Pesantren Babakan Ciwaringin Kab. Cirebon menjadi Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri (MAAIN) Babakan Ciwaringin Kab. Cirebon prop. Jawa Barat.

  1. SK Menteri Agama RI No.17 tahun 1978 tanggal 16 Maret 1978 yang berkenaan dengan  penyederhanaan bentuk dan struktur organisasi persekolahan dan tata kerja Depag RI, MAAIN tersebut berganti nama menjadi MAN  Babakan Ciwaringin Kab. Cirebon seiring dengan berlakunya kurikulum Depag RI tahun 1975.

  1. Undang-Undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 

  1. Peraturan Pemerintah RI No. 39 tahun 1992 tentang peran serta masyarakat dalam Pendidikan nasional. 

  1. Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.0489/V/1992 tentang Madrasah Aliyah sebagai sekolah Umum yang bercirikhas Agama Islam. 

  1. Keputusan Mentri Agama RI Nomor 370 tahun 1993 tentang Madrasah Aliyah dan Nomor 373 tentang Kurikulum MA. 

  1. SK Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama RI Nomor E.IV/PP.00.6/KEP/17.A/98 tanggal 20 Februari 1998 menyatakan bahwa MAN Babakan Ciwaringin Kab. Cirebon adalah salah satu MAN Model dari 35 MAN Model seluruh Indonesia yang dilengkapi dengan sarana PSBB (Pusat Sumber Belajar Bersama), sehingga diharapkan dapat menjadi MAN percontohan khususnya di wilayah III Cirebon.



Letak Geografis

MAN Babakan Ciwaringin Cirebon yang berada di komplek pesantren babakan Ciwaringin Cirebon memilik keunggulan secara geografis. Dengan letaknya yang cukup jauh dari kota Cirebon, tepatnya 25 Km sebelah barat kota Cirebon,  jauh dari keramaian kota, sehingga iklimnya cukup kondusif dan sangat cocok untuk belajar secara tekun dan baik, serta mudah dijangkau  oleh kendaraan umum karena jaraknya hanya 300 meter dari jalan raya Cirebon - Bandung.

Sumber Daya Manusia di MAN Babakan Ciwaringin Cirebon merupakan unsur pokok dalam pengembangan strategis di lembaga pendidikan formal tersebut. Secara umum keadaan karyawan baik tetap maupun tidak tetap di MAN Babakan Ciwaringin Cirebon, dapat digambarkan sebagai berikut;


  1. Secara kuantitatif tenaga edukatif dan administratif cukup memadai, namun tenaga yang tetap (pegawai negeri) masih perlu penambahan terutama untuk guru-guru MIPA yang kompeten dan menguasai Bahasa Inggris aktif serta tenaga administrtif yang menguasai teknologi informasi. Secara kualitatif tenaga edukatif cukup memadai, karena rata-rata berpendidikan S.1 dan hanya satu orang guru berpendidikan D.3 sedang menempuh pendidikan S.1. 

  1. Tenaga edukatif berpendidikan S.2 berjumlah 7 orang, terdiri dari 3 orang Magister Pendidikan (M.Pd.) dan 3 orang Magister Agama (M.Ag), dan 1 orang Magister Manajemen Pendidikan (M.M.Pd.).

  1. Mereka adalah sebagai guru Bina/guru Master yang senantiasa siap diberdayakan dalam pengembangan Madrasah secara optimal di masa-masa mendatang.

  1.  Tenaga administratif yang berpendidikan S.1 berjumlah 3 orang, yang lainnya D.3 dan SLTA, SLTP, dan SD. Hal ini juga dapat diberdayakan menjadi modal penggerak dalam penataan manajemen Tata Usaha yang profesional.



VISI


Terwujudnya individu yang bermartabat secara intelektual, emosional, dan spiritual.

 


MISI 


1. Menyelenggarakan pendidikan secara professional

2. Mengembangkan potensi akademik dan nonakademik

3. Mewujudkan keteladanan yang berakhlakul karimah

4. Mengimplementasikan ajaran Islam dalam kehidupan civitas madrasah 




                                        SERBA SERBI MANCHY MODEL AKTIFITIES


                                                         Marawis MMC ManChy



                                             Sertijab Teatere 'Bianglala' Manchy Model



                                             Sertijab Radio Broadcaster Manchy Model


                                                            Sertijab Sipala Manchy



                                                  Sertijab  PMR Wira Manchy Model


                                                      Sertijab MBD Manchy Model

                                      Anak2 Buletin Kreasi Manchy Model lagi Nampang
                                                    Sehabis mengikuti Lomba Mading


                                             Para Calon Ilmuan Muda Manchy Model


                                                                Sertijab PKS Manchy


                                   KAMPUS BIRU MANCHY DALAM MEMORIES